Prolog
لتفتحن القسطنطينية فلنعم الامير اميرها و لنعم الجيش ذلك الجيش
Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Rajanya adalah sebaik-baik
raja dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara”1, sabda Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan para Shahabatnya empat belas
abad yang lalu. Delapan abad setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata demikian, apa yang beliau kabarkan benar-benar terjadi.
Benteng Konstantinopel yang terkenal kuat dan tangguh itu, akhirnya
takluk di tangan kaum muslimin. Para Ulama’, di antaranya Syeikhul Islam
Ibnu Taimiyyah menyebutkan, “Di antara Dalaa’il Nubuwwah atau
tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah
sabda beliau yang menceritakan kejadian-kejadian yang akan terjadi di
masa depan.”
Pujian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada raja dan tentara yang
berhasil menaklukkan Konstantinopel, benar-benar melecut semangat jihad
para pemimpin serta mujahidin yang hidup setelah beliau. Berkali-kali
usaha ini dilancarkan, di antaranya: upaya penaklukan benteng
Konstantinopel yang di lancarkan di zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan di
bawah komando anaknya Yazid. Turut serta dalam pasukan ini Abu Ayyub
al-Anshari, seorang shahabat Rasulullah yang pemberani. Namun usaha ini
menemui kegagalan. Abu Ayyub al-Anshari akhirnya gugur ketika mengikuti
pertempuran ini. Sebelum beliau wafat, beliau sempat berpesan kepada
panglima Bani Umayyah; jika ia wafat, ia ingin sekali dikuburkan di
bawah tembok benteng Konstantinopel. Pasukan muslimin pun menjalankan
wasiat beliau; mereka menyerbu musuh sambil membawa jasad Abu Ayyub
al-Anshari, hingga ketika mereka sampai ke tembok benteng
Konstantinopel, para mujahidin menggali lobang, dan menguburkan beliau
di situ, sesuai permintaan terakhir beliau.
Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khalifah Umayyah. Di zaman
Khalifah Abbasiyyah, misi yang sama juga di lakukan namun belum menuai
kesuksesan, termasuk di zaman Khalifah Harun Arrasyid. Setelah kejatuhan
Baghdad 656 H, usaha menawan Konstantinopel diteruskan oleh
kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur terutama kerajaan Seljuk.
Pemimpinnya Alp Arselan berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonus, pada
tahun 463 H. Akibatnya sebagian besar wilayah kekaisaran Roma takluk di
bawah pengaruh Islam Seljuk. Beberapa usaha untuk menaklukkan
Konstantinopel juga dilakukan oleh para pemimpin Daulah Utsmaniyyah.
Sultan Murad II juga pernah melakukan beberapa kali pengepungan ke
benteng tersebut, namun belum menuai hasil. Hingga akhirnya Allah
subhanahu wa ta’ala mewujudkan impian kaum muslimin untuk menaklukkan
benteng tersebut melalui tangan pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyyah yang
terkenal akan kesalehan dan ketakwaannya kepada Allah. Dikisahkan bahwa
tentaranya tidak pernah meninggalkan shalat wajib sejak baligh dan
separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak
baligh. Sang Sultan sendiri tidak pernah meninggalkan solat wajib,
tahajjud dan rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.
Di samping ketakwaan Sultan dan tentaranya kepada Allah, mereka
memiliki semangat jihad yang tinggi, pantang menyerah, dan tidak takut
mati. Mereka juga berhasil memainkan taktik perang yang luar biasa.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, Sultan dan pasukannya
bisa membuat kapal-kapal laut berjalan di atas daratan. Rute darat yang
dilalui kapal-kapal Turki bukanlah rute yang mudah. Selain harus
melewati jalan yang terjal, jarak yang harus ditempuh pun tidak pendek.4
Bagaimana ceritanya, dan siapakah sosok sang Sultan sendiri, Selamat
membaca:
Biografi Singkat Sang Penakluk Benteng Konstantinopel
Sultan Muhammad Tsaniy atau yang lebih dikenal dengan Sultan Muhammad
Al Fatih, dilahirkan pada tanggal 26 Rajab tahun 833 H, bertepatan
dengan tanggal 20 April 1429 M. Beliau menghabiskan masa kecilnya di
kota Adrenah. Ayah beliau, betul-betul mendidik beliau agar menjadi
seorang pemimpin kuat lagi saleh. Sultan Murad II melatih dan mendidik
anaknya itu dari segala segi. Dalam bidang kesatriaan, beliau dilatih
seni berpedang, memanah, dan keterampilan mengendarai kuda. Tidak kalah
penting, dalam bidang keagamaan, Ayah beliau mendatangkan beberapa
Ulama’ pilihan di zamannya untuk mendidik agama beliau, di antaranya
adalah Syekh Ahmad bin Ismail Al-Kuroniy, seorang pakar fikih yang juga
memiliki pengetahuan yang dalam dalam bidang ilmu Nahwu, Ma’ani, dan
Bayan. Beliau adalah seorang ulama’ yang diakui keilmuannya oleh para
ulama’ lainnya yang hidup di masanya. Bahkan Muhammad al-Fatih
menyebutnya sebagai “Abu Hanifah zamannya”. Di samping itu, Muhammad
al-fatih juga mewarisi sikap pemberani dan tidak mudah putus asa dari
ayahnya. Beliau mempelajari ilmu perang, strategi pertempuran, teknik
mengepung kota dan beberapa wawasan kemiliteran lainnya. Muhammad
al-Fatih juga gemar mempelajari sejarah Islam mulai dari zaman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga zaman beliau hidup saat
itu, kisah sejarah yang dipenuhi kisah-kisah kepahlawanan dan kesatriaan
para pahlawan Islam. Hal-hal yang kelak mendukung langkah beliau dalam
pertempuran untuk menaklukkan benteng Konstantinopel.
Muhammad al-Fatih pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang perkasa dan
saleh di bawah didikan ayah dan guru-gurunya. Tinggi badannya
sedang-sedang saja, namun anggota tubuh beliau menceritakan
keperkasaannya. Muhammad al-Fatih sangat mahir mengendarai kuda dan
pandai memainkan senjata. Beliau dikenal sebagai sosok yang pemberani,
adil dalam memutuskan perkara, dalam pengetahuan agama dan sastranya,
zuhud lagi wara’ terhadap dunia, serta memiliki pandangan ke depan yang
tajam. Sang penakluk Konstantinopel ini juga sangat rajin beribadah.
Beliau jarang sekali shalat kecuali di Masjid Jami’. Beliau juga dikenal
sebagai penguasa yang dekat dengan Ulama’.
Semenjak kecil, Sultan Muhammad telah mengamati upaya-upaya ayahnya,
Sultan Murad II, untuk menaklukkan Konstantinopel. Beliau juga mengkaji
usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu,
sehingga menimbulkan keinginan yang kuat dalam dirinya untuk meneruskan
cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta -pada usia yang sangat
muda- menggantikan ayahnya pada tahun 855 H, beliau mulai berpikir dan
menyusun strategi untuk menaklukkan Konstantinopel.
Benteng Konstantinopel
Konstantinopel, adalah salah satu bandar terkenal di dunia. Semenjak
kota ini didirikan oleh maharaja Bizantium yakni Constantine I, ia sudah
menyita perhatian masyarakat dunia saat itu; selain karena faktor
wilayahnya yang luas, besar bangunannya, kemegahan dan keindahan
arsitekturnya, Konstantinopel juga memiliki kedudukan yang strategis.
Hal ini yang membuatnya juga mempunyai tempat istimewa ketika umat Islam
memulai perkembangannya di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira tentang
penguasaan kota ini ke tangan umat Islam, seperti dinyatakan oleh beliau
dalam hadistnya.
Dibalik kemegahan Kota ini, Konstantinopel juga dikenal memiliki
pertahanan militer yang terkenal kuat. Benteng raksasa yang berdiri
kokoh, disertai para prajurit yang siap dengan berbagai macam
senjatanya, selalu siap menyambut setiap pasukan yang hendak menyerang
benteng ini. Tidak ketinggalan, galian parit yang besar membentang
mengitari benteng ini, semakin menambah kesan bahwa kota ini mustahil
ditaklukkan. Cukuplah kegagalan-kegagalan ekspedisi jihad umat Islam
sebelumnya untuk menguasai kota ini, sebagai bukti akan ketangguhan
pertahanannya.
Namun semua ini tidak membuat semangat Sultan Muhammad Tsaniy menjadi
surut. Beliau yakin mampu mewujudkan impian umat Islam untuk
menaklukkan benteng itu. Selain berbekal doa dan tawakkal kepada Allah,
beliau juga menyiapkan taktik-taktik pertempuran yang matang disertai
angkatan perang dalam jumlah besar untuk menaklukkan Konstantinpel.
Perjalanan Menuju Penaklukan Benteng Konstantinopel
1. Persiapan perang kedua belah pihak.
Sebagai langkah awal untuk mewujudkan impian ini, Sultan Muhammad
Tsaniy terlebih dahulu mengumumkan pengumuman perang terhadap
Konstantinopel. Kemudian pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyah ini datang
mengepung benteng Konstantinopel bersama 50.000 pasukannya. Setelah
mengepung selama tiga hari, Sultan Muhammad kemudian menarik kembali
pasukannya pulang.
Belajar Islam – Sultan Muhammad Al-Fatih Bagian 2 Selama pengepungan
yang berlangsung selama tiga hari ini memang tidak terjadi kontak
senjata di antara kedua belah pihak. Namun tujuan utama Sultan Muhammad
al-Fatih mengadakan pengepungan ini bukan untuk menjebol benteng
Konstantinopel seketika itu juga, tetapi lebih ditujukan untuk mengenal
lebih jauh kondisi benteng Konstantinopel dari jarak dekat; bagaimana
struktur militer dan menara-menara pertahanan yang mengitari benteng
tersebut. Sehingga ke depan bisa diambil strategi yang tepat untuk
menaklukkan kota bandar ini.
Penguasa Konstantinopel langsung memerintahkan bawahannya untuk
menangkapi setiap orang Turki yang ada di kotanya, sebagai balasan atas
pernyataan perang Sultan Muhammad. Sadar bahwa Sultan Muhammad al-Fatih
semakin berhasrat untuk menyerang mereka, tentara Konstantinopel semakin
memperkuat pertahanan benteng mereka; orang-orang Konstantinopel
merenovasi tembok benteng mereka yang rusak akibat di makan usia dan
bekas serangan-serangan yang pernah di lancarkan sebelumnya. Selain
menyiapkan peralatan perang mereka, para penguasa Konstantinopel juga
mengirim utusan ke Eropa untuk meminta bantuan kepada sekutu-sekutu
mereka yang ada di sana.
Para sekutu di Eropa pun menjawab permintaan rekan-rekan mereka di
Konstantinopel dengan mengirimkan beberapa kapal yang berisi bala
bantuan untuk mereka. Pakar strategi perang juga turut mereka sertakan
dalam rombongan tersebut untuk memperkuat pertahanan benteng
Konstantinopel dari gempuran musuh yang sewaktu-waktu hendak menyerang
mereka.
Segera setelah sampai di Konstantinopel, pakar strategi perang yang
dikirimkan Eropa segera melaksanakan tugasnya. Mereka siap melindungi
Konstantinopel hingga titik darah penghabisan. Selanjutnya penguasa
Konstantinopel memerintahkan peletakan rantai besi yang kuat di daerah
teluk. Rantai besi ini akan ditarik hingga ke permukaan air jika ada
kapal yang hendak masuk tanpa seizin mereka. Hal ini menyebabkan mereka
memiliki kuasa penuh untuk mengendalikan lewatnya kapal-kapal yang ingin
memasuki wilayah mereka dan mencegah armada laut Daulah Utsmaniyah yang
mencoba mendekati Konstantinopel dari arah teluk.
2. Midfa’ Sulthoniy, meriam raksasa penggetar Konstantinopel.
Persiapan Sultan Muhammad al-Fatih juga tidak kalah matang dari
musuhnya untuk menggempur mereka. Sultan mengambil tindakan untuk
menguasai semua perkampungan yang ada di sekitar benteng Konstantinopel.
Hal ini berakibat putusnya jalur komunikasi antara Konstantinopel
dengan Negara-negara lain. Selain itu, semangat jihad para pasukan
Sultan juga semakin menggelora. Mereka ingin segera berperang untuk
meninggikan agama Islam, meraih syahid di jalan Allah, serta pahala yang
besar dari sang pencipta. Para Ulama’ juga tidak ketinggalan berada di
tengah-tengah pasukan untuk membakar semangat jihad mereka.
Di tengah upaya Sultan Muhammad al-Fatih mematangkan persiapan
pasukannya untuk berperang, secara tidak di sangka-sangka datang seorang
ahli pembuat meriam dari kota Konstantinopel menawarkan jasa
keahliannya membuat meriam kepada Sultan Muhammad al-Fatih. Sebelumnya
lelaki ini bekerja untuk Konstantinopel. Namun karena penguasa
Konstantinopel tidak kunjung membayar upah yang dijanjikan sebelumnya
kepadanya, ia akhirnya membelot dan menawarkan jasanya kepada Sultan.
Bak mendapat durian runtuh, Sultan Muhammad langsung menyambut tawaran
emas dari sang ahli pembuat meriam ini. Sultan memberinya banyak harta
dan fasilitas lengkap kepadanya untuk segera memulai pekerjaannya.
Proyek besar ini sendiri dibantu oleh para arsitek senjata asal Turki
dan pengawasannya dibawahi langsung oleh Sultan sendiri.
Selang tiga bulan kemudian, ahli pembuat meriam ini sukses
menyelesaikan penggarapan sejumlah meriam untuk memperkuat pasukan
militer Sultan. Di antaranya terdapat sebuah meriam raksasa yang belum
pernah dibuat sebelumnya di muka bumi ini. Beratnya sekitar tujuh ratus
ton. Peluru meriamnya juga memiliki ukuran yang sangat besar. Diperlukan
seratus ekor kerbau ditambah seratus orang laki-laki yang kuat untuk
menarik atau memindahkan meriam ini dari satu tempat ke yang tempat
lain. Meriam ini akhirnya kondang dengan nama Midfa’ Sulthoniy atau
meriam sang Sultan.
Sebelum uji coba meriam raksasa ini dilangsungkan, Sultan terlebih
dahulu memperingatkan warganya agar tidak terkejut dengan kerasnya suara
tembakannya. Ketika diuji coba, suara dentumannya terdengar hingga
jarak tiga belas mil jauhnya. Peluru meriam tersebut akhirnya jatuh dan
membuat lubang sedalam enam kaki. Sungguh luar biasa! Sultan gembira
sekali setelah mengetahui hasil yang memuaskan dari uji coba meriam ini.
Kemampuan meriam ini semakin menambah rasa percaya diri Sultan Muhammad
Tsaniy dan pasukannya untuk menaklukkan benteng Konstantinopel. Sultan
juga tidak lupa memberi bonus kepada sang ahli atas jerih payahnya yang
telah mengarsiteki pembuatan meriam raksasa ini.
3. Awal pengepungan
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya Sultan Muhammad
al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada bulan April 1453 M bersama
250.000 orang lebih tentaranya. Kemudian Sultan bersama dengan para staf
militernya menyusun strategi perang untuk menggempur benteng
Konstantinopel; Pasukan infanteri10, kavaleri11, dan artileri12
diperintahkan untuk mengambil posisinya masing-masing. Pasukan regular13
dan beberapa regu khusus bersama dengan pasukan non-reguler mengemban
tugas utama untuk mengepung benteng sekaligus menyerangnya. Ada juga
pasukan yang disiapkan Sultan untuk menggempur benteng dari arah pintu
Rumanus –sisi ini adalah daerah yang paling lemah pertahanannya-,
kelompok ini bertugas membantu penyerangan pasukan utama sekaligus
mendobrak benteng dari sisi ini. Armada laut Sultan juga tidak
ketinggalan ambil bagian dari pengepungan ini; tiga ratus kapal perang
-baik yang berukuran kecil hingga yang besar- juga turut mengepung
Konstantinopel dari arah laut. Selain itu, Armada laut Sultan juga
bertugas; mencegah bala bantuan yang mungkin datang dari arah laut
menuju Konstantinopel, menyerang kapal-kapal musuh yang menjaga teluk,
menghancurkan rantai besi yang diletakkan tentara Konstantinopel di
teluk yang telah membuat kapal-kapal Sultan tidak bisa memasuki teluk
karena terhalang olehnya.
Setelah semua pasukan mengambil posisinya, Sultan mengirim pesan
kepada penguasa Konstantinopel agar mau menyerahkan kota secara
baik-baik kepada kaum muslimin. Jika hal itu dilakukan, Sultan berjanji
untuk memperlakukan masyarakat Konstantinopel dengan baik dan menjamin
keselamatan jiwa, harta, serta kebebasan beragama mereka. Namun tawaran
Sultan ini ditolak mentah-mentah oleh pemimpin Konstantinopel. Mereka
merasa yakin akan kekuatan pertahanan benteng mereka serta bala bantuan
dari para sekutu.
4. Gambaran benteng pertahanan.
Jika dilihat dari udara, benteng yang mengitari Konstantinopel
memiliki bentuk seperti segitiga. Salah satu sisinya menghadap laut
Marmaroh, sisi yang satunya lagi menghadap ke teluk, dan sisi yang
terakhir menghadap ke daratan yang mengarah ke Eropa –di sisi inilah
pasukan utama Sultan berada-. Benteng ini dikelilingi oleh parit selebar
enam puluh kaki untuk merintangi gerakan musuh yang berusaha mendekat.
Benteng ini memiliki beberapa pintu, antara lain:
*
Pintu Adrenah
*
*
Pintu Midfa’ (disebut juga dengan nama pintu Rumanus)
*
*
Pintu Askariy
Untuk menerobos benteng ini, Sultan Muhammad al-Fatih membagi posisi pasukannya sebagai berikut:
Regu pertama:
Maymanah : Terdiri dari pasukan Anadhol yang dikomandoi oleh Ishaq
Pasya dan Mahmud Bek. Pasukan ini mengambil posisi berhadapan dengan
pintu Midfa’.
Regu kedua:
Maysaroh : Terdiri dari beberapa pasukan yang dipimpin Qurjah Pasya.
Pasukan ini mengambil posisi yang berhadapan dengan pintu Adrenah.
Regu ketiga:
Qolb : terdiri dari pasukan utama dan pasukan pilihan yang dipimpin
sendiri oleh Sultan Muhammad al-Fatih. Posisi pasukan ini berhadapan
dengan pintu Midfa’. Dan di belakang posisi pasukan inilah Sultan
mendirikan kemah yang berfungsi sebagai pusat komando jalannya
pertempuran pasukan beliau.
5. Jalannya pertempuran.
Raja Konstantinopel mengirimkan utusannya untuk menyampaikan pesan
kepada Sultan Muhammad agar mau mengurungkan niatnya menyerang
Konstantinopel, tetapi Sultan malah balik berkata kepada utusan raja
Konstantinopel: “Katakan kepada rajamu, agar mau menyerahkan
Konstantinopel secara baik-baik kepadaku. Saya berjanji bahwa pasukan
saya tidak akan mengganggu jiwa, harta, dan kehormatan seorang pun yang
ada di dalam kota…”. Setelah mendengar pesan balasan dari Sultan, maka
raja Konstantinopel semakin yakin kalau perang tidak dapat dihindari
lagi. Pintu-pintu masuk ke kota Konstantinopel segera ditutup rapat dan
para prajurit Konstantinopel bersiap-siap menghadapi serangan.
Meriam-meriam pasukan Turki segera menyalak dan memuntahkan
serangannya yang menakutkan ke arah Konstantinopel begitu turun perintah
serangan dari Sultan. Meriam-meriam ini terus menerus menembakkan
pelurunya siang dan malam tanpa henti. Suara dentumannya yang mengenai
dinding-dinding benteng terdengar begitu menakutkan, terutama di waktu
malam. Hati penduduk Konstantinopel pun dipenuhi rasa takut dan
kengerian yang luar biasa begitu mendengar suara ledakannya yang sangat
keras. Masyarakat Konstantinopel hanya bisa berdiam diri tanpa tahu apa
yang harus mereka berbuat menyaksikan hal itu. Mereka juga tidak mengira
sebelumnya bahwa ada meriam di atas muka bumi ini yang mempunyai
kemampuan seperti yang dimiliki oleh Sultan Muhammad Tsaniy. Kedua belah
pihak, baik pasukan Turki maupun pasukan Konstantinopel bertempur
mati-matian menghadapi serangan dari sang lawan. Pasukan penjaga benteng
Konstantinopel bergerak cepat memperbaiki dinding-dinding benteng yang
rusak akibat terkena tembakan meriam Sultan. Di sisi lain, pasukan
artileri terus-menerus menembakkan meriam mereka guna merapuhkan fisik
benteng Konstantinopel agar bisa di terobos oleh pasukan infanteri
Sultan. Di bawah derasnya hujan peluru meriam yang menghujani benteng,
pasukan infanteri Sultan dengan gagah berani bergerak mendekat ke arah
benteng tanpa takut mati.
Tembakan peluru yang terus menerus dilontarkan meriam Sultan akhirnya
membuahkan hasil; beberapa bagian benteng rusak dan puing-puing bahan
bangunan dari benteng tersebut serta pecahan-pecahan peluru meriamnya
berjatuhan sehingga memenuhi parit yang ada di bawahnya, hal ini membuat
pasukan lawan bisa melintasinya dengan mudah. Melihat hal itu, pasukan
Sultan segera bergerak merangsek masuk ke dalam benteng. Mereka memanjat
tembok benteng dengan menggunakan tangga. Beberapa dari mereka bahkan
sampai ke daerah yang ada di dalam benteng. Pergerakan pasukan Sultan
ini langsung mendapat sambutan dari pasukan musuh yang menjaga benteng
di atas. Pertempuran sengit terjadi di antara kedua belah pihak. Pasukan
pemanah yang berada di atas benteng segera menghujani pasukan Sultan
yang mencoba menerobos masuk. Pertempuran mematikan ini berlangsung
hingga malam hari dan akhirnya berhenti setelah Sultan Muhammad al-Fatih
memutuskan untuk menarik mundur pasukannya.
Di waktu yang sama, kapal-kapal perang Sultan berusaha menghancurkan
rantai besi yang menghalangi pergerakan armada laut Sultan untuk bisa
masuk ke Teluk. Namun kapal-kapal Bizantium dan Italia yang berada di
belakang rantai tersebut tidak tinggal diam melihat upaya kapal-kapal
Sultan. Mereka dengan mudah menembaki kapal-kapal Sultan yang umumnya
berukuran lebih kecil dari kapal-kapal Bizantium dan Konstantinopel
hingga membuat armada laut Sultan mundur dari pertempuran.
Meskipun angkatan laut Sultan sudah mempersiapkan persenjataan secara
matang, dan jumlah kapal-kapalnya cukup banyak, tetapi mereka kalah
pengalaman dan wawasan militer dalam hal pertempuran di laut
dibandingkan dengan tentara laut Bizantium dan Italia. Tentara laut
Turki tidak mampu mengimbangi permainan tempur yang dimainkan pasukan
musuh yang notabenenya lebih berpengalaman. Hingga akhirnya armada laut
Turki mundur dari pertempuran yang disambut sorak-sorai kegembiraan
armada laut musuh karena keberhasilan mereka memukul mundur kapal-kapal
perang Sultan.
Keberhasilan pasukan darat dan laut Konstantinopel menahan gerakan
lawan, membuat rakyat Konstantinopel gembira. Mereka semakin yakin bahwa
tentara Daulah Utsmaniyyah tidak akan mampu menerobos pertahanan
benteng. Raja Konstantinopel pergi ke gereja Santa Sofiya untuk mengucap
puji dan syukurnya kepada tuhan, atas keberhasilan mereka menghadapi
serangan Sultan Muhammad al-Fatih.
Di sisi bumi yang lain, kegagalan pasukan Turki dalam beberapa
pertempuran melawan pasukan Konstantinopel tidak membuat Sultan Muhammad
al-Fatih gigit jari. Justru beliau semakin bersemangat untuk menggapai
cita-citanya, yaitu menaklukkan Konstantinopel. Untuk itu beliau memutar
keras otaknya; taktik dan strategi perang apa lagi yang harus digunakan
untuk menyerang musuh.
Sumber:
1 Periksa: Sulthan Muhammad al-Fatih, karya Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi hal 6.
2 Lihat: Dalaa’il Nubuwwah, karya Syeikhul Islam Ibnu Taymiyyah hal 46.
3Lihat: Shuwar Min hayatis Shohabah, karya Dr. Abdur Rahman Raf’at Pasya hal 73.
4 Periksa: Sulthan Muhammad al-Fatih, karya Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi dan Mehmed II di http://www.Wikipedia.com.
5 Periksa: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi
6 Lihat: Mehmed II di http://www.Wikipedia.com
7 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi, hal 43 dan Mehmed II di http://www.Wikipedia.com
8 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi hal 79-81
9 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi hal 82-83
10 Pasukan infanteri adalah istilah militer untuk pasukan yang berjalan kaki.
11 Pasukan kavaleri adalah pasukan yang mobilisasinya menggunakan
kendaraan. Pada zaman dahulu, yang dimaksud dengan pasukan kavaleri
adalah pasukan yang mengendarai kuda.
12 Pasukan artileri adalah pasukan yang bertugas mengoperasikan meriam.
13 Pasukan regular adalah pasukan yang berdinas tetap sebagai tentara.
14 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi dan Mehmed II di http://www.Wikipedia.com
15 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi, hal 86-90
16 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi, hal 90-95
Link:
- http://www.belajarislam.com/sultan-muhammad-al-fatih-sang-penakluk-benteng-konstantinopel-bagian-1/
- http://www.belajarislam.com/30/
- http://mentoringku.wordpress.com/2013/03/18/sultan-muhammad-al-fatih-sebaik-baik-raja/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar