Social Icons

Pages

Sabtu, 14 Desember 2013

E - Learnig : Cintai Lingkungan, Tebas Rintangan !

 

Menurut literatur dari Darin E. Hartley (Hartley, 2001), e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain, atau  kalau bisa disederhanakan istilah e-Learning bisa diartikan sebagai sarana belajar langsung jarak jauh. 
Seiring berkembangnya dunia teknologi, kebutuhan manusia akan informasi semakin  meningkat. Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh dunia teknologi seolah memiliki magnet dengan gaya tarik yang tinggi. Berbagai bidang usaha kini menjadikan media elektronik yang merupakan perpanjangan tangan dari  teknologi, sebagai media pengembang usaha. Sama halnya bidang pendidikan yang merupakan bidang usaha untuk mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan berbasis teknologi telah berkembang di beberapa sekolah di Indonesia, namun tidak bisa dipungkiri masih banyak sekolah yang belum terjamah oleh dunia teknologi. Banyak alasan yang mendasari hal ini, salah satunya adalah jarak. Jarak menjadi penghalang sampainya geliat teknologi ke sekolah yang berada di suatu kawasan terpencil. Oleh karena itu perlu adanya perhatian khusus dari semua pihak untuk menyelesaikan masalah ini. 
Peran guru dalam bidang pendidikan sangatlah vital, dimana guru adalah sebagai fasilitator yang memberikan materi sekaligus sebagai penanggungjawab suatu proses pembelajaran. Menyambung masalah jarak yang telah disebutkan diatas, masalah yang dapat menghalangi proses pembelajaran adalah cuaca. Cuaca ini berbanding lurus dengan jarak. Ketika hujan turun, jarak tempuh jauh, dan kondisi jalan sulit untuk di lewati, seorang guru bisa saja tidak hadir dalam kegiatan belajar. Ini tentu saja menghambat sampainya ilmu dari guru kepada siswa. Masalah ini dapat terselesaikan jika pihak siswa dan guru memiliki perangkat teknologi dan koneksi internet untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. 
Masalah yang kedua adalah biaya, ketika sebuah sekolah membebaskan biaya masuk ke instansinya, yang harus difikirkan ulang adalah biaya untuk buku penunjang. Dalam satu mata pelajaran, buku penunjang yang diperlukan tidak hanya satu, umumnya terdiri atas buku cetak yang berisi materi, buku lain yang berfungsi sebagai lembar kerja siswa yang berisi soal dan latihan, dan buku tulis yang berfungsi untuk meletakkan jawaban. Bagi siswa yang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke atas mungkin ini bukan suatu masalah. Namun lain halnya bagi siwa yang berasal dari keluarga menengah ke bawah, keterbatasan biaya bisa menjadi rintangan tersendiri untuk dapat mengejar sebuah materi pembelajaran. Selain itu, di Indonesia yang memiliki kurikulum tidak stabil membuat para siswa tidak lagi sembarangan meminjam buku dari kakak kelas dengan alasan berbeda kurikulum. Banyak buku yang akhirnya menumpuk di gudang atau bahkan dijual di pasar loak. Sangat disayangkan bukan? Masalah ini setidaknya dapat diselesaikan dengan adanya e-Learning. Sekolah yang memiliki fasilitas teknologi, seharusnya mengarahkan pendidik atau guru untuk menggunakan proses belajar e-Learning, sehingga tidak lagi mewajibkan siswanya memiliki buku cetak yang beraneka macam. Sekolah yang dilengkapi OHP menyajikan materi dari e-book yang dapat dipertanggungjawabkan. 
Selain menghemat biaya penggunaan e-Larning juga bisa dikatakan sebagai bentuk cinta lingkungan. Mengapa? Pada contoh kasus diatas dipaparkan berapa banyak buku yang akhirnya ”menganggur” tidak terpakai. Buku ini tentu saja tidak terjadi begitu saja. Buku merupakan sekumpulan kertas yang berasal dari  kayu yang telah melewati proses panjang yang dilakukan sebuah pabrik pembuat kertas. 


Bayangkan jika perubahan kurikulum ini terjadi di seluruh sekolah di Indonesia mulai tingkat dasar sampai tingkat atas, ada berapa pohon yang harus ditebang sia-sia. Belum lagi adanya kasus yang akhir-akhir ini terjadi, buku cetak yang mengandung unsur yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, ditarik kembali dari peredaran atau dilarang untuk digunakan. Berapa banyak pohon telah ditebang yang akhirnya sia-sia. Bandingkan jika menggunakan e-Learning ada berapa pohon yang dapat dibiarkan tetap tumbuh sebagai paru-paru dunia?

        Penggunaan e-learning untuk guru dan siswa tentu saja tidak akan terhindar dari bebrapa halangan, misalnya pengadaan internet, pengadaan media elektronik, dan sumberdaya manusia sebagai pengendali. Namun setidaknya e-Learning dapat menjadi langkah dan usaha nyata yang dilakukan untuk dapat memajukan pendidikan di Indonesia. Untuk menjalankan ini tentu saja membutuhkan usaha dari berbagai pihak, terutama provider-provider di Indonesia untuk menyediakan jasa berupa koneksi internet untuk mewujudkan metode e-learning untuk guru dan siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar