Social Icons

Pages

Sabtu, 14 Desember 2013

E - Learnig : Cintai Lingkungan, Tebas Rintangan !

 

Menurut literatur dari Darin E. Hartley (Hartley, 2001), e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain, atau  kalau bisa disederhanakan istilah e-Learning bisa diartikan sebagai sarana belajar langsung jarak jauh. 
Seiring berkembangnya dunia teknologi, kebutuhan manusia akan informasi semakin  meningkat. Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh dunia teknologi seolah memiliki magnet dengan gaya tarik yang tinggi. Berbagai bidang usaha kini menjadikan media elektronik yang merupakan perpanjangan tangan dari  teknologi, sebagai media pengembang usaha. Sama halnya bidang pendidikan yang merupakan bidang usaha untuk mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan berbasis teknologi telah berkembang di beberapa sekolah di Indonesia, namun tidak bisa dipungkiri masih banyak sekolah yang belum terjamah oleh dunia teknologi. Banyak alasan yang mendasari hal ini, salah satunya adalah jarak. Jarak menjadi penghalang sampainya geliat teknologi ke sekolah yang berada di suatu kawasan terpencil. Oleh karena itu perlu adanya perhatian khusus dari semua pihak untuk menyelesaikan masalah ini. 
Peran guru dalam bidang pendidikan sangatlah vital, dimana guru adalah sebagai fasilitator yang memberikan materi sekaligus sebagai penanggungjawab suatu proses pembelajaran. Menyambung masalah jarak yang telah disebutkan diatas, masalah yang dapat menghalangi proses pembelajaran adalah cuaca. Cuaca ini berbanding lurus dengan jarak. Ketika hujan turun, jarak tempuh jauh, dan kondisi jalan sulit untuk di lewati, seorang guru bisa saja tidak hadir dalam kegiatan belajar. Ini tentu saja menghambat sampainya ilmu dari guru kepada siswa. Masalah ini dapat terselesaikan jika pihak siswa dan guru memiliki perangkat teknologi dan koneksi internet untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. 
Masalah yang kedua adalah biaya, ketika sebuah sekolah membebaskan biaya masuk ke instansinya, yang harus difikirkan ulang adalah biaya untuk buku penunjang. Dalam satu mata pelajaran, buku penunjang yang diperlukan tidak hanya satu, umumnya terdiri atas buku cetak yang berisi materi, buku lain yang berfungsi sebagai lembar kerja siswa yang berisi soal dan latihan, dan buku tulis yang berfungsi untuk meletakkan jawaban. Bagi siswa yang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke atas mungkin ini bukan suatu masalah. Namun lain halnya bagi siwa yang berasal dari keluarga menengah ke bawah, keterbatasan biaya bisa menjadi rintangan tersendiri untuk dapat mengejar sebuah materi pembelajaran. Selain itu, di Indonesia yang memiliki kurikulum tidak stabil membuat para siswa tidak lagi sembarangan meminjam buku dari kakak kelas dengan alasan berbeda kurikulum. Banyak buku yang akhirnya menumpuk di gudang atau bahkan dijual di pasar loak. Sangat disayangkan bukan? Masalah ini setidaknya dapat diselesaikan dengan adanya e-Learning. Sekolah yang memiliki fasilitas teknologi, seharusnya mengarahkan pendidik atau guru untuk menggunakan proses belajar e-Learning, sehingga tidak lagi mewajibkan siswanya memiliki buku cetak yang beraneka macam. Sekolah yang dilengkapi OHP menyajikan materi dari e-book yang dapat dipertanggungjawabkan. 
Selain menghemat biaya penggunaan e-Larning juga bisa dikatakan sebagai bentuk cinta lingkungan. Mengapa? Pada contoh kasus diatas dipaparkan berapa banyak buku yang akhirnya ”menganggur” tidak terpakai. Buku ini tentu saja tidak terjadi begitu saja. Buku merupakan sekumpulan kertas yang berasal dari  kayu yang telah melewati proses panjang yang dilakukan sebuah pabrik pembuat kertas. 


Bayangkan jika perubahan kurikulum ini terjadi di seluruh sekolah di Indonesia mulai tingkat dasar sampai tingkat atas, ada berapa pohon yang harus ditebang sia-sia. Belum lagi adanya kasus yang akhir-akhir ini terjadi, buku cetak yang mengandung unsur yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, ditarik kembali dari peredaran atau dilarang untuk digunakan. Berapa banyak pohon telah ditebang yang akhirnya sia-sia. Bandingkan jika menggunakan e-Learning ada berapa pohon yang dapat dibiarkan tetap tumbuh sebagai paru-paru dunia?

        Penggunaan e-learning untuk guru dan siswa tentu saja tidak akan terhindar dari bebrapa halangan, misalnya pengadaan internet, pengadaan media elektronik, dan sumberdaya manusia sebagai pengendali. Namun setidaknya e-Learning dapat menjadi langkah dan usaha nyata yang dilakukan untuk dapat memajukan pendidikan di Indonesia. Untuk menjalankan ini tentu saja membutuhkan usaha dari berbagai pihak, terutama provider-provider di Indonesia untuk menyediakan jasa berupa koneksi internet untuk mewujudkan metode e-learning untuk guru dan siswa.

Rabu, 11 Desember 2013

Tips Menghilangkan Malas

Disusun ulang oleh: Ummu Aufa
“Tugas kuliah masih menumpuk di meja, Menghafalkan surat, yah…… hanya dapat ayat pertama saja sudah bosen, mau membaca tetapi mengantuk akhirnya buku-buku kajian beralih fungsi menjadi bantal, kasur empuk selalu menyapaku di malam hari, hmm… apa yang bisa diperbuat agar malas jauh dari diriku?! Akankah hidup yang bagaikan musafir ini disia-siakan begitu saja? Tidak… tidak boleh hal itu terjadi padaku, aku harus bisa memusuhi 5 huruf itu yaitu MALAS.”
Malas bisa kita hindari ketika ia datang menyerang kemauan dan semangat kita, di bawah ini ada beberapa tips antara lain:
  1. Membasuh muka atau mandi ketika kantuk menyerang.
  2. Mengubah posisi duduk ketika membaca. Misalnya dari duduk berubah menjadi berdiri, namun disarankan jangan dari duduk terus berbaring bisa berbahaya atau bisa kebablasan tidur.
  3. Berpindah dari ruang baca ke kamar yang lain. Kalau sebagai anak kos bisa disiasati, berpindah dari kamar kita ke beranda kos, ruang tamu atau bahkan bisa juga ke dapur.
  4. Menghirup udara yang segar dengan cara berdiri di dekat jendela atau membuka jendela-jendela kamar lain untuk menambah kesegaran. Sebagai anak kos bisa disiasati dengan menciptakan aroma terapi, misalnya dengan menyemprot ruangan dengan wangi-wangian dan jika ada kipas angin, bisa menyetel kipas untuk menyebarkan wangi-wangian tersebut ke segala ruang. Karena mungkin tidak semua anak kos mempunyai jendela kamar.
  5. Berjalan-jalan sebentar di sekeliling rumah. Bisa diganti dengan kegiatan yang lain misalnya merapikan rak yang berantakan, atau kegiatan yang lain yang bisa menggerakkan otot-otot kita.
  6. Berbincang-bincang sebentar dengan keluarga atau teman sekos namun mengenai hal mubah bukan keharoman. Hati-hati jangan sampai lupa tujuan utama dalam berbincang-bincang yaitu untuk menumbuhkan semangat, bukan untuk ngobrol bahkan meng-ghibah.
  7. Berdiri membuat secangkir kopi, teh, susu atau juice untuk menghilangkan kebosanan dan menjernihkan akal.
  8. Mengubah kegiatan ketaatan. Misal bosan menghafalkan surat berganti dengan membaca, jika membaca bosan bisa diganti dengan mendengarkan kajian lewat CD.
Itulah beberapa tips agar kita tidak terjauh dari penyakit malas. Akan tetapi yang paling utama jangan sampai kita lupa berdo’a agar Alloh senantiasa memberi kita semangat dan agar menjauhkan diri kita dari penyakit malas tersebut. Wallohu A’lam bishowab.
Semoga tips di atas dapat bermanfaat bagi penulis ataupun bagi pembaca. Selamat tinggal Malas…
Maraji’: Kaifa Tatahammas
***
Artikel www.muslimah.or.id

Minggu, 03 November 2013

Forgive Me | Maher Zain




I'm about to lose the battle and cross the line
Aku hampir kalah perang dan menyeberang
I'm about to make another mistake
Aku hampir lakukan kesalahan lagi
And even though I try to stay awake
Dan meskipun aku berusaha tuk tetap sadar
Everything around me keeps dragging me in
Segala di sekelilingku terus menarikku
I can't help thinking to myself
Aku tak bisa menasehati diri sendiri
what if my time would end today, today, today,
Bagaimana jika ajalku tiba hari ini
Can I guarantee that I will get another chance
Bisakah kujamin bahwa aku kan dapat kesempatan lain
Before it's too late, too late, too late
Sebelum semuanya terlambat

CHORUS
Ampuni aku
My heart is so full of regret
Hatiku penuh penyesalan
Forgive me
Ampuni aku
Now is the right time for me to repent, repent, repent
Kini saat yang tepat bagiku tuk bertaubat

Am I out of my mind?
Apakah aku gila?
What did I do?
Apa yang sudah kulakukan?
Oh, I feel so bad
Oh, aku merasa menyesal
And everytime I try to start all over again
Dan tiap kali kucoba tuk mengulanginya lagi
My shame comes back to haunt me
Perasaan malu terus datang menghantuiku
I'm trying hard to walk away
Aku berusaha keras tuk pergi

But temptation is surrounding me
Tapi godaan mengelilingiku
I wish that I could find the strength
Andai aku bisa temukan kekuatan
To change my life before it's too late, too late, too late
Tuk mengubah hidupku sebelum semuanya terlambat

CHORUS

I know, Oh Allah, You're the most forgiving
Aku tahu, oh Allah, engkau maha pemaaf
And that You promised to always be there
Dan bahwa Kau kan selalu ada
When I call upon you
Saat aku membutuhkan-Mu
So now I'm standing here 
Maka kini aku berdiri di hadapanmu
Ashamed of all the mistakes I've commited
Malu dengan segala kesalahan yang telah kulakukan
Please don't turn me away
Kumohon jangan palingkan wajah-Mu dariku
And hear my prayer when I ask you to
Dan dengarkanlah doaku saat aku memohon kepada-Mu

CHORUS (3x)


Jumat, 25 Oktober 2013

Bila Aku Jatuh Cinta


Bila Aku Jatuh Cinta
Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu
Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.
Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu.
Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu.
Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu.
Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.
Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.
Ya Allah Engaku mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-MU,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kukuhkanlah Ya Allah ikatannya,
Kekalkanlah cintanya,
Tunjukilah jalan-jalannya,
Penuhilah hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar,
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.

As-Syahid Syed Qutb

yang terlewatkan

setiap hari jam berdetik menggulung waktu, seperti bom yang telah ditentukan kapan dia harus mengakhiri hitungannya



Pagi ini,
Alarm jam 2.45 tapi mata terbuka satu setengah jam setelahnya.
tahajud gagal pastinya.
adzan berkumandang, tapi tali setan mengikat kuat.
kamar berubah gelap, kelopak mata saling melekat.
akhirnya shubuh telat.
karena ikatan setan masih kuat,
ucapan syukur karena belum mati, terlewat.

antara sadar dan tidak kubaca sebuah do'a.
tapi hanya dibibir lantaran lupa apa artinya.
kuakhiri sholat tanpa "mengingatnya"
tanpa menghadirkan hati untukNya.
khusu' hanya lewat begitu saja.

kulipat mukena unguku begitu saja,
kemudian,
tak kuawali hari dengan membaca firmanNya.
bantal sudah memanggilku bercanda.
ah, tidak!
aku punya tugas.
kubuka lapotopku.
kemudian,
do'a pagi hari terlewat lagi.
jadwal hafalan terabaikan lagi

andai hati ini merasakan manisnya iman dan islam dengan sempurna, andai haus dahaga dalam ruh ini terpuaskan, andai manusia tidak pernah lupa mengingat mati, andai istiqamah itu mudah, andai riya' tidak datang menyelinap dengan licik,
ah, hanya berandai-andai....

Jumat, 27 September 2013

Inspirative Housewife Story



Tiga anaknya tidak sekolah di sekolah formal layaknya anak-anak pada umumnya. Tapi ketiganya mampu menjadi anak-anak teladan, dua di antaranya sudah kuliah di luar negeri di usia yang masih seangat muda. Saya cuma berdecak gemetar mendengarnya. Bagaimana bisa?

Minggu (21/ 7) lalu, saya mengikuti acara Forum Indonesia Muda (FIM) Ramadhan yang diadakan di UNPAD. Niat awalnya mau nabung ilmu dan inspirasi sebelum pulang kampung, selain juga memang karena pengisi acaranya inspiring. Eh, pembicara yang paling saya tunggu ternyata berhalangan hadir. But, that’s not the point. Semua pembicara yang hadir memang sangat inspiring, tapi saya benar-benar dikejutkan di sesi terakhir. Tentang parenting. Awalnya saya pikir sesi ini mau membicarakan apa gitu. Do you know actually? It talks about a success and inspiring housewife. Saya langsung melek. Lupa lapar. Like my dream becomes closer. Saya mencari seminar yang membahas tentang keiburumahtanggaan. Nggak tahunya nemu di sana. Lihatlah daftar mimpi besar saya nomor 1-4. Rasanya terbahas semua sore itu. (No offense nomor 2, gue juga kagak tahu kalau urusan itu :p ) Baiklah, mukadimah ini akan terlalu panjang kalau saya lanjutkan.

image
Namanya Ibu Septi Peni Wulandani. Kalau kalian search nama ini di google, kalian akan tahu bahwa Ibu ini dikenal sebagai Kartini masa kini. Bukan, dia bukan seorang pejuang emansipasi wanita yang mengejar kesetaraan gender lalala itu. Bukan.

Beliau seorang ibu rumah tangga profesional, penemu model hitung jaritmatika, juga seorang wanita yang amat peduli pada nasib ibu-ibu di Indonesia. Seorang wanita yang ingin mengajak wanita Indonesia kembali ke fitrahnya sebagai wanita seutuhnya. Dalam sesi itu, beliau bercerita kiprahnya sebagai ibu rumah tangga yang mendidik tiga anaknya dengan cara yang bahasa kerennya anti mainstream. It’s like I’m watching 3 Idiots. But this is not a film. This is a real story from Salatiga, Indonesia.
Semuanya berawal saat beliau memutuskan untuk menikah. Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa pernikahan adalah peristiwa peradaban, untuk kisah Ibu Septi, pepatah itu tepat sekali. Di usianya yang masih 20 tahun, Ibu Septi sudah lulus dan mendapat SK sebagai PNS. Di saat yang bersamaan, beliau dilamar oleh seseorang. Beliau memilih untuk menikah, menerima lamaran tersebut. Namun sang calon suami mengajukan persyaratan: beliau ingin yang mendidik anak-anaknya kelak hanyalah ibu kandungnya. Artinya? Beliau ingin istrinya menjadi seorang ibu rumah tangga. Harapan untuk menjadi PNS itu pun pupus. Beliau tidak mengambilnya. Ibu Septi memilih menjadi ibu rumah tangga. Baru sampai cerita ini saja saya sudah gemeteran.

Akhirnya beliaupun menikah. Pernikahan yang unik. Sepasang suami istri ini sepakat untuk menutup semua gelar yang mereka dapat ketika kuliah. Aksi ini sempat diprotes oleh orang tua, bahkan di undangan pernikahan mereka pun tidak ada tambahan titel/ gelar di sebelah nama mereka. Keduanya sepakat bahwa setelah menikah mereka akan memulai kuliah di universitas kehidupan. Mereka akan belajar dari mana saja. Pasangan ini bahkan sering ikut berbagai kuliah umum di berbagai kampus untuk mencari ilmu. Gelar yang mereka kejar adalah gelar almarhum dan almarhumah. Subhanallah. Tentu saja tujuan mereka adalah khusnul khatimah. Sampai di sini, sudah kebayang kan bahwa pasangan ini akan mencipta keluarga yang keren?

Ya, keluarga ini makin keren ketika sudah ada anak-anak hadir melengkapi kehidupan keluarga. Dalam mendidik anak, Ibu Septi menceritakan salah satu prinsip dalam parenting adalah demokratis, merdekakan apa keinginan anak-anak. Begitupun untuk urusan sekolah. Orang tua sebaiknya memberikan alternatif terbaik lalu biarkan anak yang memilih. Ibu Septi memberikan beberapa pilihan sekolah untuk anaknya: mau sekolah favorit A? Sekolah alam? Sekolah bla bla bla. Atau tidak sekolah? Dan wow, anak-anaknya memilih untuk tidak sekolah. Tidak sekolah bukan berarti tidak mencari ilmu kan? Ibu Septi dan keluarga punya prinsip: Selama Allah dan Rasul tidak marah, berarti boleh. Yang diperintahkan Allah dan Rasul adalah agar manusia mencari ilmu. Mencari ilmu tidak melulu melalui sekolah kan? Uniknya, setiap anak harus punya project yang harus dijalani sejak usia 9 tahun. Dan hasilnya?

Enes, anak pertama. Ia begitu peduli terhadap lingkungan, punya banyak project peduli lingkungan, memperoleh penghargaan dari Ashoka, masuk koran berkali-kali. Saat ini usianya 17 tahun dan 
sedang menyelesaikan studi S1nya di Singapura. Ia kuliah setelah SMP, tanpa ijazah. Modal presentasi. Ia kuliah dengan biaya sendiri bermodal menjadi seorang financial analyst. Bla bla bla banyak lagi. Keren banget. Saat kuliah di tahun pertama ia sempat minta dibiayai orang tua, namun ia berjanji akan menggantinya dengan sebuah perusahaan. Subhanallah. Uang dari orang tuanya tidak ia gunakan, ia memilih menjual makanan door to door sambil mengajar anak-anak untuk membiayai kuliahnya.
Ara, anak ke-2. Ia sangat suka minum susu dan tidak bisa hidup tanpa susu. Karena itu, ia kemudian berternak sapi. Pada usianya yang masih 10 tahun, Ara sudah menjadi pebisnis sapi yang mengelola lebih dari 5000 sapi. Bisnisnya ini konon turut membangun suatu desa. WOW! Sepuluh tahun gue masih ngapain? Dan setelah kemarin kepo, Ara ternyata saat ini juga tengah kuliah di Singapura menyusul sang kakak.

Elan, si bungsu pecinta robot. Usianya masih amat belia. Ia menciptakan robot dari sampah. Ia percaya bahwa anak-anak Indonesia sebenarnya bisa membuat robotnya sendiri dan bisa menjadi kreatif. Saat ini, ia tengah mencari investor dan terus berkampanye untuk inovasi robotnya yang terbuat dari sampah. Keren!
Saya cuma menunduk, what I’ve done until my 20? :0 Banyak juga peserta yang lalu bertanya, “kenapa cuma 3, Bu?” hehe.

Dari cerita Ibu Septi sore itu, saya menyimpulkan beberapa rahasia kecil yang dimiliki keluarga ini, yaitu:

1. Anak-anak adalah jiwa yang merdeka, bersikap demokratis kepada mereka adalah suatu keniscayaan

2. Anak-anak sudah diajarkan tanggung jawab dan praktek nyata sejak kecil melalui project. Seperti yang saya bilang tadi, di usia 9 tahun, anak-anak Ibu Septi sudah diwajibkan untuk punya project yang wajib dilaksanakan. Mereka wajib presentasi kepada orang tua setiap minggu tentang project tersebut.

3. Meja makan adalah sarana untuk diskusi. Di sana mereka akan membicarakan tentang ‘kami’, tentang mereka saja, seperti sudah sukses apa? Mau sukses apa? Kesalahan apa yang dilakukan? Oh ya, keluarga ini juga punya prinsip, “kita boleh salah, yang tidak boleh itu adalah tidak belajar dari kesalahan tersebut”. Bahkan mereka punya waktu untuk merayakan kesalahan yang disebut dengan “false celebration”.

4. Rasulullah SAW sebagai role model. Kisah-kisah Rasul diulas. Pada usia sekian Rasul sudah bisa begini, maka di usia sekian berarti kita juga harus begitu. Karena alasan ini pula Enes memutuskan untuk kuliah di Singapura, ia ingin hijrah seperti yang dicontohkan Rasulullah. Ia ingin pergi ke suatu tempat di mana ia tidak dikenal sebagai anak dari orang tuanya yang memang sudah terkenal hebat.

5. Mempunyai vision board dan vision talk. Mereka punya gulungan mimpi yang dibawa ke mana-mana. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat, mereka akan share mimpi-mimpi mereka. Prinsip mimpi: Dream it, share it, do it, grow it!

6. Selalu ditanamkan bahwa belajar itu untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari nilai

7. Mereka punya prinsip harus jadi entrepreneur. Bahkan sang ayah pun keluar dari pekerjaannya di suatu bank dan membangun berbagai bisnis bersama keluarga. Apa yang ia dapat selama bekerja ia terapkan di bisnisnya. 

8. Punya cara belajar yang unik. Selain belajar dengan cara home schooling di mana Ibu sebagai pendidik, belajar dari buku dan berbagai sumber, keluarga ini punya cara belajar yang disebut Nyantrik. Nyantrik adalah proses belajar hebat dengan orang hebat. Anak-anak akan datang ke perusahaan besar dan mengajukan diri menjadi karyawan magang. Jangan tanya magang jadi apa ya, mereka magang jadi apa aja. Ngepel, membersihkan kamar mandi, apapun. Mereka pun tidak meminta gaji. Yang penting, mereka diberi waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan pemimpin perusahaan atau seorang yang ahli setiap hari selama magang.

9. Hal terpenting yang harus dibangun oleh sebuah keluarga adalah kesamaan visi antara suami dan istri. That’s why milih jodoh itu harus teliti. Hehe. Satu cinta belum tentu satu visi, tapi satu visi pasti satu cinta :P

10. Punya kurikulum yang keren, di mana fondasinya adalah iman, akhlak, adab, dan bicara.

11. Di-handle oleh ibu kandung sebagai pendidik utama. Ibu bertindak sebagai ibu, partner, teman, guru, semuanya.

Daaaan masih banyak lagi. Teman-teman yang tertarik bisa kepo twitter ibu @septipw atau gabung dan ikut kuliah online tentang keiburumahtanggaan di ibuprofesional.com.

Hhhhmmm. Gimana? Profesi ibu rumah tangga itu profesi yang keren banget bukan? Ia adalah kunci awal terbentuknya generasi brilian bangsa. Saya ingat cerita Ibu Septi di awal kondisi beliau menjadi ibu rumah tangga. Saat itu beliau iri melihat wanita sebayanya yang berpakaian rapi pergi ke kantor sedangkan beliau hanya mengenakan daster. Jadilah beliau mengubah style-nya. Jadi Ibu rumah tangga itu keren, jadi tampilannya juga harus keren, bahkan punya kartu nama dengan profesi paling mulia: housewife. So, masih zaman berpikiran bahwa ibu rumah tangga itu sebatas sumur, kasur, lalala yang haknya terinjak-injak dan melanggar HAM? Duh please,  housewife is the most presticious  career for a woman, right? Tapi semuanya tetap pilihan. Dan setiap pilihan punya konsekuensi :) Jadi apapun kita, semoga tetap menjadi pendidik hebat untuk anak-anak generasi bangsa.

Setelah mengikuti sesi tersebut, saya menarik kesimpulan bahwa seminar kepemudaan tidak melulu bahas tentang organisasi, isu-isu negara, dan lain-lain yang biasa dibahas. Pemuda juga perlu belajar ilmu parenting untuk bekal dalam mendidik generasi penerus bangsa ini. Bukankah dari keluarga karakter anak itu terbentuk?

Wallahualambisshawab. Semoga ada yang bisa diambil pelajaran.
Rumah,
31 Juli 2013
00.29
Source : http://azaleav.wordpress.com/2013/08/01/inspirative-housewife-story/

Kamis, 25 April 2013

Not just about Rana sp, but also about life

 "KimDas, KimMat, Biologi sepertinya sudah pintersemua, jadi tidak perlu dibahas.. Ya, kan??"

Pernyataan ini saya dapat ketika saya sedang jalan-jalan di facebook seseorang. Mungkin karena saya dari jurusan biologi makannya jadi sedikit sensitif kalau cabang ilmu yang satu ini disebut. Kalau dilihat kalimatnya ada 2 kemungkinan, yang pertama orang ini sudah faham sekali dengan biologi, atau yang kedua orang ini tidak tahu tentang biologi. Kemungkinan yang pertama ini menimbulkan pertanyaan ke kemungkinan kedua.  biologi seperti apa yang sudah di ketahui?

Dari pernyataan ini fikiran saya kembali ke beberapa minggu lalu, saat itu saya berkumpul dengan beberapa teman dari jurusan yang berbeda. Waktu itu kami bicara tentang apa yang kami pelajari di jurusan masing-masing. Salah seorang teman saya (sebut saja mawar dari jurusan FK*) bertanya "kalau biologi belajar tentang apa?" kemudia teman saya yang lain (sebut saja melati dari jurusan lain) menjawab " Kalau biologi mempelajari kodok". Saya menahan tawa, karena pernyataan itu tidak sepenuhnya salah.

Mungkin praktikum biologi dasar tentang keistimewaan anatomi binatang yang satu ini begitu membekas (red: trauma, meniup paru-paru kodok) hingga ketika ada yang bertanya jurusan biologi, maka yang ada dalam imajinasinya saat itu adalah kodok. Ya memang, di semester 1 dari jurusan matematika, kimia, dan Fisika mendapatkan mata kuliah praktikum yang diberi nama biologi dasar (Anak biologi mendapat nama yang berbeda dengan materi yang sama, red : Biologi Umum. kenapa?). bahkan ada diantara jurusan-jurusan tadi yang mendapatkan biologi dasar I dan II. 

kemudian fikiran saya jalan-jalan lagi ke vidio Isolasi DNA strawberry yang saya dapatkan di Youtube. kalau tidak salah dengar sang guru menyebut "You, ...(nama sekolah) High school student". Nah, di Luar negeri praktikum isolasi DNA sudah diberikan kepada anak SMA. Kalau seandainya di Indonesia materi isolasi DNA sudah di berikan sejak SMA, mungkin percakapan dan pernyataan yang dilontarkan teman saya ketika ada yang bertanya tentang biologi tidak akan hanya menjawab "mempelajari kodok" tapi juga tentang isolasi DNA.

Kebanyakan orang dari jurusan lain menganggap biologi hafalan, ini juga tidak sepenuhnya salah. Tapi kalau ingat soal Endokrinologi kemarin(dan contoh lain yang tidak saya sebutkan satu/satu), mungkin anggapan itu akan sedikit pudar, bukan hafalan yang berlaku disini tapi pemahaman, pemahaman tentang mekanisme keteraturan yang tentu saja bukan hasil pemikiran manusia tapi aturan dari Sang Maha Pengatur.

So guys, Biologi bukan hanya ilmu tentang Rana sp, tapi ilmu yang mempelajari kehidupan.

Rabu, 17 April 2013

Ana Ukhibbuki Fillah, Ya Khumaira


Aku dan mas Faris bertemu di Osaka saat kami sama-sama pergi ke akuarium. Saat itu hari sedang hujan, dan kebetulan kami sama-sama tidak membawa payung. Akhirnya kami berkenalan, tapi tidak kusangka pertemuan itu akan berjalan sejauh ini.
Saat kami menikah sebenarnya aku ingin kami memiliki rumah sendiri, tapi ternyata Alloh belum mengizinkan. Ibu mertuaku sangat menyayangi Mas Faris, beliau meminta kami tinggal bersamanya. Setelah beberapa kali mempertimbangkan, kamipun menuruti keinginan ibu. Terbesit sedikit rasa takut, tapi aku berusaha membuat diriku yakin bahwa ibu mertua adalah pembela bagi menantunya. Ingsya Allah.
Mas Faris adalah anak pertama dari dua bersaudara, dia memiliki adik laki-laki yang tidak lain adalah adik iparku sendiri, Farhan yang sekarang menempuh pendidikan di Sebuah Universitas swasta di Jakarta. Mas Faris adalah kebanggaan keluarga, terlebih saat ayahnya meninggal Mas Farislah yang menjadi tulang punggung keluarganya.
Mas Faris tidak mengizinkan aku bekerja. Aku hanya bertugas mengurus rumah dan menjaga Ibu. Di sela-sela pekerjaannya, Mas Faris selalu meluangkan waktu dhuhur untuk sholat berjamaah denganku dan makan siang di rumah.
Tahun pertama pernikahan kami, semuanya terasa baik. Tapi semenjak hari itu aku menjadi pendiam dan pemurung. Siang itu Mas Faris pulang dari kantor, saat aku membukakan pintu untuknya kudapati dia bersama seorang wanita. Sedikit kaget tapi kufikir itu hanya teman kerjanya
 “Eh..Nak Farida, Ayo silahkan masuk nak”  Kata Ibu dari belakang. Ternyata Ibu sudah mengenal wanita itu. Beliau juga mengenalkan wanita itu padaku, dia adalah anak teman Ibu yang juga bekerja satu kantor dengan Mas Faris. Ibu mengundang Farida makan siang di rumah bersama kami.
Selepas sholat dhuhur, Mas Faris kembali ke kantor bersama Farida. Terbesit sedikit rasa khawatir melihat mereka berada di satu mobil. Aku segera merapikan meja makan agar fikiranku tidak diisi oleh prasangka yang buruk pada mereka.
“Nak Farida tadi cantik ya Ir” Kata Ibu. Beliau menceritakan tentang Farida, semua tentang Farida. Sampai-sampai aku berfikir kalau Ibu bermaksud membandingkanku dengan Farida. Dia bekerja sementara aku tidak, dia cantik dengan make upnya yang sempurna, sementara aku memakai lipstikpun tidak.
“Ir, kata tetangga sebelah setelah pergi ke Mbah Minten, menantunya langsung isi lho” Kata Ibu.
“Astaghfirulloh Ibu, mbah minten itu paranormal. Minta tolong padanya sama dengan syirik buk dan Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik” Jawabku. Aku teringat sebuah ayat yang kubaca kemarin.
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh dia telah tersesat jauh sekali. (QS. An Nisa’: 116)
“Halah, Sirik apa. Ibu juga sholat dan puasa. Lagipula kamu sudah berkali-kali ke dokter, mana hasilnya” Kalimat ibu membuatku merinding.
Tiga tahun pernikahanku dengan Mas Faris, kami belum dikaruniai anak. Terkadang aku kesepian, meskipun sudah ada Ibu di rumah. Mungkin itulah sebabnya ibu sampai berfikir sejauh ini.
Sudah beberapa kali aku dan Mas Faris pergi ke dokter untuk berkonsultasi. Aku juga sudah minum beberapa obat hormonal saran dokter, jamu, sampai herbal. Aku juga berusaha menyukai kecambah yang sebenarnya membuatku sangat mual. Kami sudah berikhtiar semampu kami, tapi sampai detik ini kami masih harus bersabar.
“Kami sudah berusaha bu, mungkin Alloh belum mengizinkan” Aku tertunduk.
“Kalau begitu biarkan Faris menikah lagi” Kata-kata ibu membuat hatiku seakan runtuh.
Aku tak kuasa menahan air mataku, aku tidak bisa membayangkan tinggal satu atap dengan istri baru Mas Faris. Betapa tragisnya aku, saat mereka sibuk mempersiapkan pernikahan mereka. Terlebih jika istri Mas Faris nanti lebih dulu memberikan cucu pada Ibu, aku akan menjadi orang asing di keluarga ini.
                                                                        888
Sejak kejadian itu hubunganku dengan ibu makin renggang. Setiap apa yang kulakukan di rumah, selalu dikaitkan dengan anak. Ibu juga semakin sering mengundang Farida makan siang di rumah.  Perasaan senang ketika Mas Faris pulang, kini berganti menjadi perasaan khawatir.
Aku memandangi wajahku di cermin, pucat. Aku mulai memoleskan lipstik, eye shadow, dan blush on di pipiku agar ketika Mas Faris pulang nanti, aku tidak terlihat lesu dan dia akan senang melihatku.  
“Kamu mau kemana?” Tanya Ibu ketika aku keluar kamar.
“Ehm, tidak kemana-mana bu” Jawabku
“Menor sekali, seharusnya kamu bisa seperti Farida” Kata Ibu.
Deg!
Tanpa sadar air mataku menetes, ibu menunjukkan sikap condongnya pada Farida. Mungkin Ibu menginginkan sosok menantu seperti Farida. Fikiranku semakin tidak karuan. Aku selalu mengkhawatirkan Mas Faris yang setiap hari bertemu Farida di kantor. Aku berusaha menyingkirkan perasangka negatif ini, tapi semakin aku berusaha, bayangan Farida semakin jelas di fikiranku.
Aku mencoba mengalihkan perhatianku dengan membaca buku-buku tafsir, membaca Al-Qur’an, membaca ensiklopedi islam, hingga buku tentang kiat-kiat cepat memiliki anak sambil menunggu suamiku pulang kerja.
“Dek, Kamu pakai make up?” Tanya Mas Faris sambil tertawa kecil saat aku menyodorkan handuk hangat padanya. Aku lupa menghapus make upku tadi siang.
“Ah..iya” Aku segera menghapus make upku dengan lengan  daster yang kupakai.
“Jangan di hapus dulu” Mas Faris memegang tanganku. “Kamu cantik sayang” kalimat Mas Faris membuatku melambung. Mas Faris memegang kepalaku dan  menghadapkannya ke cermin. Dia mencium ubun-ubunku dengan lembut seperti saat malam pertama pernikahan kami. Aku tersipu.
“Tapi aku lebih suka kalau tanpa make up, kamu bilang jerawatan kalau pakai bedak” Mas Faris memegang kedua alisku. Memencet jerawat di dahiku yang entah sejak kapan muncul.
 “Anna ukhibbuki Fillah, Ya Khumaira. Bukan hanya karena kamu cantik” Kalimat Mas Faris benar-benar ampuh membuat pipiku semerah udang rebus. Istri mana yang tidak senang jika dipanggil dengan panggilan sayang baginda Rosululloh kepada istrinya ‘Aisyah.
Malam itu Mas Faris mengajakku jalan-jalan di sekitar komplek. Kami biasa jalan-jalan malam untuk berbicara dari hati ke hati.
“Mas, Apa Mas bahagia bersama Irma?” Tanyaku.
“Kenapa tiba-tiba bilang begitu? Apa ada yang mengusikmu” Kata Mas Faris.
Kami duduk di taman. Menikmati indahnya bintang dan lampu taman. Aku bersandar di bahu Mas Faris, tanpa kusadari air mataku menetes di jaket tebalnya.
            “Aku sangat menyayangimu mas, aku ingin menjadi wanita yang sempurna untukmu. Aku takut kehilanganmu mas. Tapi aku juga tidak bisa egois padamu, pada Ibu. Ibu sangat ingin memiliki Faris dan Irma kecil, tapi aku belum bisa memenuhinya. Aku juga ingin dipanggil Umi, dan kamu juga ingin di panggil Abi kan mas? Lagi pula salah satu tujuan pernikahan kan untuk memperbanyak keturunan, memperbanyak muslimin dan muslimah, dan sampai sekarang kita belum mencapai tujuan itu” Kataku sambil menangis. Mas Faris memelukku.
“Dek, badanmu panas sekali” Dia memegang dahiku. Badanku lemas lalu semuanya gelap.
                                                                        888
Saat bangun hari sudah pagi, aku berada di ruangan putih dengan selang infus menancap di tanganku. Kulihat Mas Faris tidur terduduk di kursi. Wajahnya terlihat lelah. Aku beranjak dari tidur, menyelimutinya dengan selimut. Aku duduk disampingnya.
“Dek kamu kok di sini” Dia terbangun, aku hanya tersenyum.
“Aku sakit apa mas?” Tanyaku.
“Nggak sakit apa-apa dek, akulah yang sakit. Kemarin Farhan menyuruhku pergi ke dokter. Kata dokter cairan semenku abnormal. Aku menyesal baru tahu sekarang. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku hingga tidak tahu apa yang kamu rasakan di rumah. Maafkan aku membuatmu tertekan, dan sakit seperti ini dek. Maafkan aku dek” kata Mas Faris. Perasaanku campur aduk, hingga tidak bisa berkata apa-apa. Air mataku lebih bisa mengungkapkan perasaanku.
“Maafin Ibu juga ya Nak” Ibu muncul dari belakangku. Beliau memelukku.
“Ibu terlalu  memaksakan kehendak ibu tanpa memikirkan perasaanmu. Ibu juga minta maaf karena mengajakmu ke Mbah Minten, seharusnya Ibu bersyukur punya menantu yang bisa mengingatkan Ibu. Maafkan perkataan Ibu saat itu nak” Air mataku semakin deras. Aku senang tapi juga marah. Akhirnya kuputuskan untuk memaafkan mereka. Meskipun pasti akan sangat sulit melupakan kekeliruan ini.
Sepulang dari rumah sakit aku meminta Mas Faris mengantarku pulang ke rumah ibuku. Bukan karena masih marah padanya dan Ibu, hanya ingin menenangkan perasaanku. Sementara itu, Mas Faris akan menjalani pengobatan herbal di luar kota. Setiap akhir pekan dia selalu menjengukku dan menginap di rumah.
Sebulan kemudian, Mas Faris menjemputku. Dia juga sudah harus bekerja lagi. Saat akan masuk ke mobil aku pusing dan mual. Mas Faris menyuruhku istirahat di rumah beberapa hari lagi, tapi aku menolak aku sudah merindukan Ibu mertuaku. Di perjalanan Mas Faris mengajakku ke Dokter kandungan. Awalnya aku sempat pesimis, tapi setelah di periksa Dokter ternyata aku hamil. Aku seperti di dalam mimpi, aku tidak sabar memberi tahu ke dua ibuku tentang ini.
Sampai di rumah, aku merasakan kebahagiaan kedua. Ibu sudah menyambutku di depan pintu, beliau sudah memakai gamis merah maroon dengan jilbab lebarnya padahal sebelumnya dia hanya memakai ciput yang lebih mirip topi. Beliau mencium dan memeluku erat. Saat aku memberitahu ibu tentang kehamilanku, beliau menangis haru. Aku juga tak kuasa menahan bendungan air di mataku.
Hari demi hari terajut menjadi minggu, minggu-minggu terangkai menjadi bulan. Bulan demi bulan kulalui dengan penuh syukur dan sabar menanti kelahiran anakku ke dunia ini. Ibu selalu membimbingku. Kalau dulu aku yang menjaga dan merawat Ibu, Sekarang justru ibu yang merawatku. Mas Faris juga lebih banyak libur apalagi saat bulan terakhir kehamilanku. Dia tidak mau melewatkan proses melahirkan anak pertama kami.
Beberapa hari kemudian aku melahirkan putra pertama kami. Dia mewarisi wajah tampan Mas Faris, dan beberapa fenotip yang tampak dari genotipku. Kami berharap dia akan tumbuh menjadi laki-laki yang Hukma Shabiyya Rabbi Radhiyya (Anak yang meiliki hikmah dan diridhoi Alloh SWT sejak kecil), Amiin Yarobbal Alamin.
                                                      TAMAT

Lita Indri Dian L.
Ayooo kritiknya yaa...