Social Icons

Pages

Tampilkan postingan dengan label artikel tentang islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artikel tentang islam. Tampilkan semua postingan

Minggu, 05 Januari 2014

(Sang Penakluk Benteng Konstantinopel)

 
 
Prolog
لتفتحن القسطنطينية فلنعم الامير اميرها و لنعم الجيش ذلك الجيش 

Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Rajanya adalah sebaik-baik raja dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara”1, sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan para Shahabatnya empat belas abad yang lalu. Delapan abad setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata demikian, apa yang beliau kabarkan benar-benar terjadi. Benteng Konstantinopel yang terkenal kuat dan tangguh itu, akhirnya takluk di tangan kaum muslimin. Para Ulama’, di antaranya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan, “Di antara Dalaa’il Nubuwwah atau tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah sabda beliau yang menceritakan kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan.”

Pujian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada raja dan tentara yang berhasil menaklukkan Konstantinopel, benar-benar melecut semangat jihad para pemimpin serta mujahidin yang hidup setelah beliau. Berkali-kali usaha ini dilancarkan, di antaranya: upaya penaklukan benteng Konstantinopel yang di lancarkan di zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan di bawah komando anaknya Yazid. Turut serta dalam pasukan ini Abu Ayyub al-Anshari, seorang shahabat Rasulullah yang pemberani. Namun usaha ini menemui kegagalan. Abu Ayyub al-Anshari akhirnya gugur ketika mengikuti pertempuran ini. Sebelum beliau wafat, beliau sempat berpesan kepada panglima Bani Umayyah; jika ia wafat, ia ingin sekali dikuburkan di bawah tembok benteng Konstantinopel. Pasukan muslimin pun menjalankan wasiat beliau; mereka menyerbu musuh sambil membawa jasad Abu Ayyub al-Anshari, hingga ketika mereka sampai ke tembok benteng Konstantinopel, para mujahidin menggali lobang, dan menguburkan beliau di situ, sesuai permintaan terakhir beliau.

Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khalifah Umayyah. Di zaman Khalifah Abbasiyyah, misi yang sama juga di lakukan namun belum menuai kesuksesan, termasuk di zaman Khalifah Harun Arrasyid. Setelah kejatuhan Baghdad 656 H, usaha menawan Konstantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur terutama kerajaan Seljuk. Pemimpinnya Alp Arselan berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonus, pada tahun 463 H. Akibatnya sebagian besar wilayah kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk. Beberapa usaha untuk menaklukkan Konstantinopel juga dilakukan oleh para pemimpin Daulah Utsmaniyyah. Sultan Murad II juga pernah melakukan beberapa kali pengepungan ke benteng tersebut, namun belum menuai hasil. Hingga akhirnya Allah subhanahu wa ta’ala mewujudkan impian kaum muslimin untuk menaklukkan benteng tersebut melalui tangan pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyyah yang terkenal akan kesalehan dan ketakwaannya kepada Allah. Dikisahkan bahwa tentaranya tidak pernah meninggalkan shalat wajib sejak baligh dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Sang Sultan sendiri tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajjud dan rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.

Di samping ketakwaan Sultan dan tentaranya kepada Allah, mereka memiliki semangat jihad yang tinggi, pantang menyerah, dan tidak takut mati. Mereka juga berhasil memainkan taktik perang yang luar biasa. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, Sultan dan pasukannya bisa membuat kapal-kapal laut berjalan di atas daratan. Rute darat yang dilalui kapal-kapal Turki bukanlah rute yang mudah. Selain harus melewati jalan yang terjal, jarak yang harus ditempuh pun tidak pendek.4 Bagaimana ceritanya, dan siapakah sosok sang Sultan sendiri, Selamat membaca:

Biografi Singkat Sang Penakluk Benteng Konstantinopel
Sultan Muhammad Tsaniy atau yang lebih dikenal dengan Sultan Muhammad Al Fatih, dilahirkan pada tanggal 26 Rajab tahun 833 H, bertepatan dengan tanggal 20 April 1429 M. Beliau menghabiskan masa kecilnya di kota Adrenah. Ayah beliau, betul-betul mendidik beliau agar menjadi seorang pemimpin kuat lagi saleh. Sultan Murad II melatih dan mendidik anaknya itu dari segala segi. Dalam bidang kesatriaan, beliau dilatih seni berpedang, memanah, dan keterampilan mengendarai kuda. Tidak kalah penting, dalam bidang keagamaan, Ayah beliau mendatangkan beberapa Ulama’ pilihan di zamannya untuk mendidik agama beliau, di antaranya adalah Syekh Ahmad bin Ismail Al-Kuroniy, seorang pakar fikih yang juga memiliki pengetahuan yang dalam dalam bidang ilmu Nahwu, Ma’ani, dan Bayan. Beliau adalah seorang ulama’ yang diakui keilmuannya oleh para ulama’ lainnya yang hidup di masanya. Bahkan Muhammad al-Fatih menyebutnya sebagai “Abu Hanifah zamannya”. Di samping itu, Muhammad al-fatih juga mewarisi sikap pemberani dan tidak mudah putus asa dari ayahnya. Beliau mempelajari ilmu perang, strategi pertempuran, teknik mengepung kota dan beberapa wawasan kemiliteran lainnya. Muhammad al-Fatih juga gemar mempelajari sejarah Islam mulai dari zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga zaman beliau hidup saat itu, kisah sejarah yang dipenuhi kisah-kisah kepahlawanan dan kesatriaan para pahlawan Islam. Hal-hal yang kelak mendukung langkah beliau dalam pertempuran untuk menaklukkan benteng Konstantinopel.

Muhammad al-Fatih pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang perkasa dan saleh di bawah didikan ayah dan guru-gurunya. Tinggi badannya sedang-sedang saja, namun anggota tubuh beliau menceritakan keperkasaannya. Muhammad al-Fatih sangat mahir mengendarai kuda dan pandai memainkan senjata. Beliau dikenal sebagai sosok yang pemberani, adil dalam memutuskan perkara, dalam pengetahuan agama dan sastranya, zuhud lagi wara’ terhadap dunia, serta memiliki pandangan ke depan yang tajam. Sang penakluk Konstantinopel ini juga sangat rajin beribadah. Beliau jarang sekali shalat kecuali di Masjid Jami’. Beliau juga dikenal sebagai penguasa yang dekat dengan Ulama’.
Semenjak kecil, Sultan Muhammad telah mengamati upaya-upaya ayahnya, Sultan Murad II, untuk menaklukkan Konstantinopel. Beliau juga mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat dalam dirinya untuk meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta -pada usia yang sangat muda- menggantikan ayahnya pada tahun 855 H, beliau mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukkan Konstantinopel.

Benteng Konstantinopel
Konstantinopel, adalah salah satu bandar terkenal di dunia. Semenjak kota ini didirikan oleh maharaja Bizantium yakni Constantine I, ia sudah menyita perhatian masyarakat dunia saat itu; selain karena faktor wilayahnya yang luas, besar bangunannya, kemegahan dan keindahan arsitekturnya, Konstantinopel juga memiliki kedudukan yang strategis. Hal ini yang membuatnya juga mempunyai tempat istimewa ketika umat Islam memulai perkembangannya di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam, seperti dinyatakan oleh beliau dalam hadistnya.

Dibalik kemegahan Kota ini, Konstantinopel juga dikenal memiliki pertahanan militer yang terkenal kuat. Benteng raksasa yang berdiri kokoh, disertai para prajurit yang siap dengan berbagai macam senjatanya, selalu siap menyambut setiap pasukan yang hendak menyerang benteng ini. Tidak ketinggalan, galian parit yang besar membentang mengitari benteng ini, semakin menambah kesan bahwa kota ini mustahil ditaklukkan. Cukuplah kegagalan-kegagalan ekspedisi jihad umat Islam sebelumnya untuk menguasai kota ini, sebagai bukti akan ketangguhan pertahanannya.

Namun semua ini tidak membuat semangat Sultan Muhammad Tsaniy menjadi surut. Beliau yakin mampu mewujudkan impian umat Islam untuk menaklukkan benteng itu. Selain berbekal doa dan tawakkal kepada Allah, beliau juga menyiapkan taktik-taktik pertempuran yang matang disertai angkatan perang dalam jumlah besar untuk menaklukkan Konstantinpel.
Perjalanan Menuju Penaklukan Benteng Konstantinopel

1. Persiapan perang kedua belah pihak.

Sebagai langkah awal untuk mewujudkan impian ini, Sultan Muhammad Tsaniy terlebih dahulu mengumumkan pengumuman perang terhadap Konstantinopel. Kemudian pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyah ini datang mengepung benteng Konstantinopel bersama 50.000 pasukannya. Setelah mengepung selama tiga hari, Sultan Muhammad kemudian menarik kembali pasukannya pulang.
Belajar Islam – Sultan Muhammad Al-Fatih Bagian 2 Selama pengepungan yang berlangsung selama tiga hari ini memang tidak terjadi kontak senjata di antara kedua belah pihak. Namun tujuan utama Sultan Muhammad al-Fatih mengadakan pengepungan ini bukan untuk menjebol benteng Konstantinopel seketika itu juga, tetapi lebih ditujukan untuk mengenal lebih jauh kondisi benteng Konstantinopel dari jarak dekat; bagaimana struktur militer dan menara-menara pertahanan yang mengitari benteng tersebut. Sehingga ke depan bisa diambil strategi yang tepat untuk menaklukkan kota bandar ini.
Penguasa Konstantinopel langsung memerintahkan bawahannya untuk menangkapi setiap orang Turki yang ada di kotanya, sebagai balasan atas pernyataan perang Sultan Muhammad. Sadar bahwa Sultan Muhammad al-Fatih semakin berhasrat untuk menyerang mereka, tentara Konstantinopel semakin memperkuat pertahanan benteng mereka; orang-orang Konstantinopel merenovasi tembok benteng mereka yang rusak akibat di makan usia dan bekas serangan-serangan yang pernah di lancarkan sebelumnya. Selain menyiapkan peralatan perang mereka, para penguasa Konstantinopel juga mengirim utusan ke Eropa untuk meminta bantuan kepada sekutu-sekutu mereka yang ada di sana.

Para sekutu di Eropa pun menjawab permintaan rekan-rekan mereka di Konstantinopel dengan mengirimkan beberapa kapal yang berisi bala bantuan untuk mereka. Pakar strategi perang juga turut mereka sertakan dalam rombongan tersebut untuk memperkuat pertahanan benteng Konstantinopel dari gempuran musuh yang sewaktu-waktu hendak menyerang mereka.

Segera setelah sampai di Konstantinopel, pakar strategi perang yang dikirimkan Eropa segera melaksanakan tugasnya. Mereka siap melindungi Konstantinopel hingga titik darah penghabisan. Selanjutnya penguasa Konstantinopel memerintahkan peletakan rantai besi yang kuat di daerah teluk. Rantai besi ini akan ditarik hingga ke permukaan air jika ada kapal yang hendak masuk tanpa seizin mereka. Hal ini menyebabkan mereka memiliki kuasa penuh untuk mengendalikan lewatnya kapal-kapal yang ingin memasuki wilayah mereka dan mencegah armada laut Daulah Utsmaniyah yang mencoba mendekati Konstantinopel dari arah teluk.

2. Midfa’ Sulthoniy, meriam raksasa penggetar Konstantinopel.

Persiapan Sultan Muhammad al-Fatih juga tidak kalah matang dari musuhnya untuk menggempur mereka. Sultan mengambil tindakan untuk menguasai semua perkampungan yang ada di sekitar benteng Konstantinopel. Hal ini berakibat putusnya jalur komunikasi antara Konstantinopel dengan Negara-negara lain. Selain itu, semangat jihad para pasukan Sultan juga semakin menggelora. Mereka ingin segera berperang untuk meninggikan agama Islam, meraih syahid di jalan Allah, serta pahala yang besar dari sang pencipta. Para Ulama’ juga tidak ketinggalan berada di tengah-tengah pasukan untuk membakar semangat jihad mereka.
Di tengah upaya Sultan Muhammad al-Fatih mematangkan persiapan pasukannya untuk berperang, secara tidak di sangka-sangka datang seorang ahli pembuat meriam dari kota Konstantinopel menawarkan jasa keahliannya membuat meriam kepada Sultan Muhammad al-Fatih. Sebelumnya lelaki ini bekerja untuk Konstantinopel. Namun karena penguasa Konstantinopel tidak kunjung membayar upah yang dijanjikan sebelumnya kepadanya, ia akhirnya membelot dan menawarkan jasanya kepada Sultan. Bak mendapat durian runtuh, Sultan Muhammad langsung menyambut tawaran emas dari sang ahli pembuat meriam ini. Sultan memberinya banyak harta dan fasilitas lengkap kepadanya untuk segera memulai pekerjaannya. Proyek besar ini sendiri dibantu oleh para arsitek senjata asal Turki dan pengawasannya dibawahi langsung oleh Sultan sendiri.
Selang tiga bulan kemudian, ahli pembuat meriam ini sukses menyelesaikan penggarapan sejumlah meriam untuk memperkuat pasukan militer Sultan. Di antaranya terdapat sebuah meriam raksasa yang belum pernah dibuat sebelumnya di muka bumi ini. Beratnya sekitar tujuh ratus ton. Peluru meriamnya juga memiliki ukuran yang sangat besar. Diperlukan seratus ekor kerbau ditambah seratus orang laki-laki yang kuat untuk menarik atau memindahkan meriam ini dari satu tempat ke yang tempat lain. Meriam ini akhirnya kondang dengan nama Midfa’ Sulthoniy atau meriam sang Sultan.
Sebelum uji coba meriam raksasa ini dilangsungkan, Sultan terlebih dahulu memperingatkan warganya agar tidak terkejut dengan kerasnya suara tembakannya. Ketika diuji coba, suara dentumannya terdengar hingga jarak tiga belas mil jauhnya. Peluru meriam tersebut akhirnya jatuh dan membuat lubang sedalam enam kaki. Sungguh luar biasa! Sultan gembira sekali setelah mengetahui hasil yang memuaskan dari uji coba meriam ini. Kemampuan meriam ini semakin menambah rasa percaya diri Sultan Muhammad Tsaniy dan pasukannya untuk menaklukkan benteng Konstantinopel. Sultan juga tidak lupa memberi bonus kepada sang ahli atas jerih payahnya yang telah mengarsiteki pembuatan meriam raksasa ini.

3. Awal pengepungan

Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya Sultan Muhammad al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada bulan April 1453 M bersama 250.000 orang lebih tentaranya. Kemudian Sultan bersama dengan para staf militernya menyusun strategi perang untuk menggempur benteng Konstantinopel; Pasukan infanteri10, kavaleri11, dan artileri12 diperintahkan untuk mengambil posisinya masing-masing. Pasukan regular13 dan beberapa regu khusus bersama dengan pasukan non-reguler mengemban tugas utama untuk mengepung benteng sekaligus menyerangnya. Ada juga pasukan yang disiapkan Sultan untuk menggempur benteng dari arah pintu Rumanus –sisi ini adalah daerah yang paling lemah pertahanannya-, kelompok ini bertugas membantu penyerangan pasukan utama sekaligus mendobrak benteng dari sisi ini. Armada laut Sultan juga tidak ketinggalan ambil bagian dari pengepungan ini; tiga ratus kapal perang -baik yang berukuran kecil hingga yang besar- juga turut mengepung Konstantinopel dari arah laut. Selain itu, Armada laut Sultan juga bertugas; mencegah bala bantuan yang mungkin datang dari arah laut menuju Konstantinopel, menyerang kapal-kapal musuh yang menjaga teluk, menghancurkan rantai besi yang diletakkan tentara Konstantinopel di teluk yang telah membuat kapal-kapal Sultan tidak bisa memasuki teluk karena terhalang olehnya.

Setelah semua pasukan mengambil posisinya, Sultan mengirim pesan kepada penguasa Konstantinopel agar mau menyerahkan kota secara baik-baik kepada kaum muslimin. Jika hal itu dilakukan, Sultan berjanji untuk memperlakukan masyarakat Konstantinopel dengan baik dan menjamin keselamatan jiwa, harta, serta kebebasan beragama mereka. Namun tawaran Sultan ini ditolak mentah-mentah oleh pemimpin Konstantinopel. Mereka merasa yakin akan kekuatan pertahanan benteng mereka serta bala bantuan dari para sekutu.
 
4. Gambaran benteng pertahanan.

Jika dilihat dari udara, benteng yang mengitari Konstantinopel memiliki bentuk seperti segitiga. Salah satu sisinya menghadap laut Marmaroh, sisi yang satunya lagi menghadap ke teluk, dan sisi yang terakhir menghadap ke daratan yang mengarah ke Eropa –di sisi inilah pasukan utama Sultan berada-. Benteng ini dikelilingi oleh parit selebar enam puluh kaki untuk merintangi gerakan musuh yang berusaha mendekat. Benteng ini memiliki beberapa pintu, antara lain:
*
Pintu Adrenah
*
Pintu Midfa’ (disebut juga dengan nama pintu Rumanus)
*
Pintu Askariy
Untuk menerobos benteng ini, Sultan Muhammad al-Fatih membagi posisi pasukannya sebagai berikut:
Regu pertama:
Maymanah : Terdiri dari pasukan Anadhol yang dikomandoi oleh Ishaq Pasya dan Mahmud Bek. Pasukan ini mengambil posisi berhadapan dengan pintu Midfa’.
Regu kedua:
Maysaroh : Terdiri dari beberapa pasukan yang dipimpin Qurjah Pasya. Pasukan ini mengambil posisi yang berhadapan dengan pintu Adrenah.
Regu ketiga:
Qolb : terdiri dari pasukan utama dan pasukan pilihan yang dipimpin sendiri oleh Sultan Muhammad al-Fatih. Posisi pasukan ini berhadapan dengan pintu Midfa’. Dan di belakang posisi pasukan inilah Sultan mendirikan kemah yang berfungsi sebagai pusat komando jalannya pertempuran pasukan beliau.

5. Jalannya pertempuran.

Raja Konstantinopel mengirimkan utusannya untuk menyampaikan pesan kepada Sultan Muhammad agar mau mengurungkan niatnya menyerang Konstantinopel, tetapi Sultan malah balik berkata kepada utusan raja Konstantinopel: “Katakan kepada rajamu, agar mau menyerahkan Konstantinopel secara baik-baik kepadaku. Saya berjanji bahwa pasukan saya tidak akan mengganggu jiwa, harta, dan kehormatan seorang pun yang ada di dalam kota…”. Setelah mendengar pesan balasan dari Sultan, maka raja Konstantinopel semakin yakin kalau perang tidak dapat dihindari lagi. Pintu-pintu masuk ke kota Konstantinopel segera ditutup rapat dan para prajurit Konstantinopel bersiap-siap menghadapi serangan.

Meriam-meriam pasukan Turki segera menyalak dan memuntahkan serangannya yang menakutkan ke arah Konstantinopel begitu turun perintah serangan dari Sultan. Meriam-meriam ini terus menerus menembakkan pelurunya siang dan malam tanpa henti. Suara dentumannya yang mengenai dinding-dinding benteng terdengar begitu menakutkan, terutama di waktu malam. Hati penduduk Konstantinopel pun dipenuhi rasa takut dan kengerian yang luar biasa begitu mendengar suara ledakannya yang sangat keras. Masyarakat Konstantinopel hanya bisa berdiam diri tanpa tahu apa yang harus mereka berbuat menyaksikan hal itu. Mereka juga tidak mengira sebelumnya bahwa ada meriam di atas muka bumi ini yang mempunyai kemampuan seperti yang dimiliki oleh Sultan Muhammad Tsaniy. Kedua belah pihak, baik pasukan Turki maupun pasukan Konstantinopel bertempur mati-matian menghadapi serangan dari sang lawan. Pasukan penjaga benteng Konstantinopel bergerak cepat memperbaiki dinding-dinding benteng yang rusak akibat terkena tembakan meriam Sultan. Di sisi lain, pasukan artileri terus-menerus menembakkan meriam mereka guna merapuhkan fisik benteng Konstantinopel agar bisa di terobos oleh pasukan infanteri Sultan. Di bawah derasnya hujan peluru meriam yang menghujani benteng, pasukan infanteri Sultan dengan gagah berani bergerak mendekat ke arah benteng tanpa takut mati.

Tembakan peluru yang terus menerus dilontarkan meriam Sultan akhirnya membuahkan hasil; beberapa bagian benteng rusak dan puing-puing bahan bangunan dari benteng tersebut serta pecahan-pecahan peluru meriamnya berjatuhan sehingga memenuhi parit yang ada di bawahnya, hal ini membuat pasukan lawan bisa melintasinya dengan mudah. Melihat hal itu, pasukan Sultan segera bergerak merangsek masuk ke dalam benteng. Mereka memanjat tembok benteng dengan menggunakan tangga. Beberapa dari mereka bahkan sampai ke daerah yang ada di dalam benteng. Pergerakan pasukan Sultan ini langsung mendapat sambutan dari pasukan musuh yang menjaga benteng di atas. Pertempuran sengit terjadi di antara kedua belah pihak. Pasukan pemanah yang berada di atas benteng segera menghujani pasukan Sultan yang mencoba menerobos masuk. Pertempuran mematikan ini berlangsung hingga malam hari dan akhirnya berhenti setelah Sultan Muhammad al-Fatih memutuskan untuk menarik mundur pasukannya.

Di waktu yang sama, kapal-kapal perang Sultan berusaha menghancurkan rantai besi yang menghalangi pergerakan armada laut Sultan untuk bisa masuk ke Teluk. Namun kapal-kapal Bizantium dan Italia yang berada di belakang rantai tersebut tidak tinggal diam melihat upaya kapal-kapal Sultan. Mereka dengan mudah menembaki kapal-kapal Sultan yang umumnya berukuran lebih kecil dari kapal-kapal Bizantium dan Konstantinopel hingga membuat armada laut Sultan mundur dari pertempuran.

Meskipun angkatan laut Sultan sudah mempersiapkan persenjataan secara matang, dan jumlah kapal-kapalnya cukup banyak, tetapi mereka kalah pengalaman dan wawasan militer dalam hal pertempuran di laut dibandingkan dengan tentara laut Bizantium dan Italia. Tentara laut Turki tidak mampu mengimbangi permainan tempur yang dimainkan pasukan musuh yang notabenenya lebih berpengalaman. Hingga akhirnya armada laut Turki mundur dari pertempuran yang disambut sorak-sorai kegembiraan armada laut musuh karena keberhasilan mereka memukul mundur kapal-kapal perang Sultan.

Keberhasilan pasukan darat dan laut Konstantinopel menahan gerakan lawan, membuat rakyat Konstantinopel gembira. Mereka semakin yakin bahwa tentara Daulah Utsmaniyyah tidak akan mampu menerobos pertahanan benteng. Raja Konstantinopel pergi ke gereja Santa Sofiya untuk mengucap puji dan syukurnya kepada tuhan, atas keberhasilan mereka menghadapi serangan Sultan Muhammad al-Fatih.

Di sisi bumi yang lain, kegagalan pasukan Turki dalam beberapa pertempuran melawan pasukan Konstantinopel tidak membuat Sultan Muhammad al-Fatih gigit jari. Justru beliau semakin bersemangat untuk menggapai cita-citanya, yaitu menaklukkan Konstantinopel. Untuk itu beliau memutar keras otaknya; taktik dan strategi perang apa lagi yang harus digunakan untuk menyerang musuh.

Sumber:
1 Periksa: Sulthan Muhammad al-Fatih, karya Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi hal 6.
2 Lihat: Dalaa’il Nubuwwah, karya Syeikhul Islam Ibnu Taymiyyah hal 46.
3Lihat: Shuwar Min hayatis Shohabah, karya Dr. Abdur Rahman Raf’at Pasya hal 73.
4 Periksa: Sulthan Muhammad al-Fatih, karya Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi dan Mehmed II di http://www.Wikipedia.com.
5 Periksa: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi
6 Lihat: Mehmed II di http://www.Wikipedia.com
7 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi, hal 43 dan Mehmed II di http://www.Wikipedia.com
8 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi hal 79-81
9 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi hal 82-83
10 Pasukan infanteri adalah istilah militer untuk pasukan yang berjalan kaki.
11 Pasukan kavaleri adalah pasukan yang mobilisasinya menggunakan kendaraan. Pada zaman dahulu, yang dimaksud dengan pasukan kavaleri adalah pasukan yang mengendarai kuda.
12 Pasukan artileri adalah pasukan yang bertugas mengoperasikan meriam.
13 Pasukan regular adalah pasukan yang berdinas tetap sebagai tentara.
14 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi dan Mehmed II di http://www.Wikipedia.com
15 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi, hal 86-90
16 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi, hal 90-95
Link:
  1. http://www.belajarislam.com/sultan-muhammad-al-fatih-sang-penakluk-benteng-konstantinopel-bagian-1/
  2. http://www.belajarislam.com/30/
  3. http://mentoringku.wordpress.com/2013/03/18/sultan-muhammad-al-fatih-sebaik-baik-raja/

Jumat, 10 Agustus 2012

Tentang Yasinan

Pertanyaan.
Dalam kesempatan yang baik ini, kami ingin bertanya berkaitan dengan masalah yang kami hadapi dengan jama’ah kami. Yaitu berkaitan dengan pembacaan surat Yasin (Yasinan) di tempat orang yang meninggal dunia.
Jama’ah kami, saat ini sedang bimbang mengenai hal tersebut. Satu sisi para da’i ada yang memperbolehkan Yasinan, sedangkan lainnya ada yang melarang dan menyatakan bid’ah. Untuk itu kami ingin mengklarifikasikan hal tersebut.
1. Apakah hukum dan dalilnya yang menyatakan Yasinan diperbolehkan?
2. Apakah hukum dan dalilnya yang menyatakan Yasinan dilarang dan bid’ah?
Demikianlah pertanyaan kami, semoga redaksi dapat memberikan jawaban sehingga dapat menyatukan aqidah jama’ah kami. Atas jawaban dan perhatian redaksi, kami ucapkan jazakumullahu khairan katsira.

Suhen
Jl. Domba Rt 28/16 Hadimulyo Barat, Metro Barat.

(Surat ke meja Redaksi tentang Yasinan, juga datang dari saudara Budiman, Bekasi, yang meminta agar kami mengupas masalah pengajian ibu-ibu pada setiap malam Jum’at, yang diisi dengan pembacaan Yasinan (hafalan surat Yasin) secara berjama’ah dan suara keras.

Jawaban
Dalam dua surat di atas terdapat dua perbuatan yang masalahnya serupa: yaitu Yasinan (pembacaan surat Yasin) di tempat orang yang meninggal dunia, atau Yasinan (hafalan surat Yasin) setiap malam Jum’at. Hal itu dilakukan dengan berjama’ah dan suara keras.

Sepanjang pengetahuan kami, orang-orang yang melakukan amalan seperti itu menganggap hukumnya sebagai ibadah yang baik. Mereka menyebutkan berbagai alasan, diantaranya :

1. Menurut mereka, hal itu termasuk ibadah membaca Al Qur’an. Mengapa membaca Al-Qur’an dilarang?
2. Hal itu termasuk berjama’ah membaca Al Qur’an yang sangat utama sebagaimana disebutkan di dalam hadits.
3. Daripada berkumpul di rumah orang kematian sekedar bermain kartu, catur, atau lainnya, apalagi berjudi, lebih baik untuk membaca Al Qur’an.
4. Surat Yasin memiliki banyak keutamaan; antara lain merupakan jantung Al Qur’an, sehingga dipilih daripada surat-surat yang lain.
5. Berkumpul membaca surat Yasin tidak ada jeleknya.

DALIL YANG MELARANG
Adapun orang-orang yang melarang perbuatan di atas, juga membawa berbagai dalil dan alasan. Mereka juga mendudukan perkara itu, dan sekaligus membantah alasan kelompok pertama. Kelompok yang tidak membolehkan acara di atas menyatakan:

1. Kitab suci Al Qur’an diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk, rahmat, cahaya, kabar gembira dan peringatan. Maka kewajiban orang-orang yang beriman untuk membacanya, merenungkannya, memahaminya, mengimaninya, mengamalkan, berhukum dengannya, mendakwahkannya, dan lainnya. Allah Ta’ala berfirman:

وَهَذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat. [Al An’am:155].

Oleh karena itulah Allah mendorong hamba-hambaNya untuk membacanya dan merenungkannya dalam banyak ayat-ayatNya. Dia berfirman:

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا ءَايَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ

Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. [Shad:29]

Dan Allah mencela orang-orang yang berpaling dari Al Qur’an, tidak mau merenungkannya. Dia berfirman:

أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْءَانَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلاَفاً كَثِيرًا

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. [An Nisa’:82]

Inilah hikmah diturunkannya Al Qur’an, supaya ayat-ayatnya diperhatikan, diilmui, dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapat pelajaran, yaitu supaya diamalkan. Adapun membacanya di rumah orang kematian, atau ketika peringatan kematian, maka demikian itu merupakan perbuatan yang tidak pernah disyari’atkan oleh agama Islam, tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam , dan tidak pernah diamalkan oleh para sahabat ataupun para ulama yang mengikuti jalan mereka.

Orang-orang yang tidak menyetujui acara tersebut, bukan melarang membaca Al Qur’annya, namun mereka melarang cara dan sifatnya yang tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sehingga hal itu termasuk perkara baru dalam agama, yang disebut bid’ah, dan seluruh bid’ah itu sesat.

Memang membaca Al Qur’an merupakan ibadah mulia, memiliki berbagai keutamaan, sebagaimana disebutkan di dalam banyak nash-nash agama. Di antaranya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk membaca Al Qur’an, karena Al Qur’an akan memohonkan syafa’at bagi shahibul Qur’an (orang yang memahami dan mengamalkan Al Qur’an).

عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ الْبَاهِلِيُّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلَا تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ قَالَ مُعَاوِيَةُ بَلَغَنِي أَنَّ الْبَطَلَةَ السَّحَرَةُ

Dari Abu Umamah Al Bahili, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda,”Bacalah Al Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemohon syafa’at bagi ash-habul Qur’an (orang yang mengamalkannya). Bacalah dua yang bercahaya, Al Baqarah dan surat Ali Imran; sesungguhnya keduanya akan datang pada hari kiamat, seolah-olah dua naungan atau seolah-olah keduanya dua kelompok burung yang berbaris. Keduanya akan membela ash-habnya. Bacalah surat Al Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya merupakan berkah, dan meninggalkannya merupakan penyesalan. Dan Al Bathalah tidak akan mampu (mengalahkan)nya.” Mu’awiyah berkata,”Sampai kepadaku, bahwa Al Bathalah adalah tukang-tukang sihir.” [HR Muslim, no. 804]

Membaca Al Qur’an juga memiliki pahala yang besar.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata, Rasulullah bersabda,”Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka dia mendapatkan satu kebaikan dengannya. Dan satu kebaikan itu (dibalas) sepuluh lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” [HR Tirmidzi no, 2910, dishahihkan Syaikh Salim Al Hilali dalam Bahjatun Nazhirin 2/229].

Karena membaca Al Qur’an termasuk ibadah, sehingga agar ibadah itu diterima oleh Allah dan berpahala, maka harus memenuhi dua syarat, yaitu: ikhlas dan mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam . Kalaupun Yasinan (pembacaan surat Yasin) sebagaimana di atas dilakukan dengan ikhlas, tetapi karena tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salla dan tidak dilakukan para sahabatnya, maka perbuatan tersebut tertolak.

2. Berkumpul untuk membaca Al Qur’an memang sangat utama, sebagaimana disebutkan di dalam hadits:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ …وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah n bersabda,”Dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan saling belajar di antara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di hadapanNya.” [HR Muslim no. 2699; Abu Dawud no. 3643; Tirmidzi no. 2646; Ibnu Majah no. 225 dan lainnya].

Hadits di atas nyata menunjukkan, bahwa berkumpul untuk membaca dan mempelajari Al Qur’an merupakan ibadah yang sangat mulia. Namun bagaimanakah bentuk atau cara yang sesuai dengan Sunnah Nabi? Karena, jika amalan itu tidak sesuai dengan Sunnah, ia akan tertolak.

Berikut ini kami jelaskan bentuk-bentuk berjama’ah dalam membaca Al Qur’an, sebagaimana disebutkan para ulama:

- Satu orang membaca, yang lain mendengarkan.
Disebutkan dalam hadits di bawah ini:

عَنْ عَبْدِاللَّهِ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ عَلَيَّ قُلْتُ آقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ فَإِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى بَلَغْتُ ( فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا ) قَالَ أَمْسِكْ فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ

Dari Abdullah, dia berkata, Nabi bersabda kepadaku,”Bacakanlah (Al Qur’an) kepadaku!” Aku menjawab,”Apakah aku akan membacakan kepada anda, sedangkan Al Qur’an diturunkan kepada anda?” Beliau menjawab,”Sesungguhnya, aku suka mendengarkannya dari selainku,” maka aku membacakan kepada beliau surat An Nisa’, sehingga aku sampai (pada ayat):

فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدً

Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (An Nisa’: 41). (Kemudian) Beliau bersabda,”Berhentilah!” Ternyata kedua mata beliau meneteskan air mata.” [HR Bukhari no. 4582; Muslim no. 800; dll]

Imam Malik berkata,”Seandainya seseorang membaca, yang lain menyimak, atau seseorang membaca setelah yang lain, aku tidak menganggapnya berbahaya (yakni terlarang).” [Kitab Al Hawadits Wal Bida’, hlm. 162].

Syaikh Dr. Muhammad Musa Nashr berkata,”Berkumpul untuk membaca Al Qur’an yang sesuai dengan Sunnah Nabi dan perbuatan Salafush Shalih, adalah satu orang membaca dan yang lainnya mendengarkan. Barangsiapa mendapatkan keraguan pada makna ayat, dia meminta qari’ untuk berhenti, dan orang yang ahli berbicara (menjelaskan) tentang tafsirnya, sehingga tafsir ayat itu menjadi jelas dan terang bagi para hadirin… Kemudian, qari’ mulai membaca lagi. [Kitab Al Bahts Wal Istiqra’ Fii Bida’il Qurra’, hlm. 50-51].

- Membaca bergantian.
Imam Malik berkata,”Hendaklah orang itu membaca, dan (setelah selesai) yang lain (ganti) membaca. Allah berfirman:

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْءَانُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأْنصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang, agar kamu mendapat rahmat. (Al A’raf: 204). [Kitab Al Hawadits Wal Bida’, hlm. 95, 162].”

Beliau juga berkata,”Seandainya seseorang dari mereka membaca beberapa ayat, kemudian orang lain membaca setelah temannya, berikutnya membaca setelah temannya; yang demikian itu tidak mengapa, mereka saling memperdengarkan kepada yang lain.” [Idem hlm. 162].

- Dibuat beberapa kelompok, setiap kelompok dibimbing oleh qari’.
Imam Malik ditanya tentang para qari’ Mesir, yang orang banyak berkumpul kepada mereka, lalu tiap-tiap qari’ membacakan (Al Qur’an) kepada sekelompok orang dan membimbing mereka? Beliau menjawab,”Itu bagus, tidak mengapa.” [Al Muntaqa, 1/345 karya Al Baji, dinukil dari Kitab Al Hawadits Wal Bida’, hlm. 161].

Selain berjama’ah membaca Al Qur’an dengan cara yang benar sebagaimana di atas, juga ada cara yang tidak benar, seperti di bawah ini:

- Imam Malik bin Anas berkata,”Tidak boleh sekelompok orang berkumpul membaca satu surat (bersama-sama), seperti yang dilakukan penduduk Iskandariyah. (Demikian)ini dibenci, tidak menyenangkan kami.” [Kitab Al Hawadits Wal Bida’, hlm. 161].

Beliau juga mengatakan,”(Yang seperti) ini bukan perbuatan orang-orang (Salaf).” [Kitab Al Hawadits Wal Bida’, hlm. 95, 162].

Yang dikatakan oleh Imam Malik di atas, persis acara Yasinan yang banyak dilakukan oleh sebagian umat Islam di Indonesia.

Adapun membaca Al Qur’an bersama-sama dengan satu suara secara keras, ini bertentangan dengan ayat 204 surat Al A’raf, sebagaimana di atas. Allah memerintahkan, jika Al Qur’an dibacakan, kita wajib diam dan mendengarkan, juga merenungkan apa yang dibaca. Jika semua yang hadir membaca bersama-sama, siapa yang akan mendengarkan? Bisakah orang merenungkan?

- Imam Abu Bakar Muhammad bin Al Walid Ath Thurthusi rahimahullah (wafat 530 H ) berkata,”Adapun sekelompok orang berkumpul di masjid atau lainnya, kemudian seseorang yang bersuara indah membaca (Al Qur’an) untuk mereka, maka ini terlarang! Hal itu dikatakan oleh Imam Malik. Karena membaca Al Qur’an disyari’atkan dalam bentuk ibadah, dan menyendiri dengannya lebih utama. Sesungguhnya, tujuan itu (yakni berkumpul dan mendengarkan bacaan indah seseorang) hanyalah mencari perhatian, (mencari) makan dengannya saja, dan termasuk satu jenis meminta-minta dengan Al Qur’an. Dan ini termasuk perkara yang Al Qur’an wajib disucikan darinya.” [Kitab Al Hawadits Wal Bida’, hlm. 96].

Syaikh Ali bin Hasan Al Halabi menambahkan perkataan di atas dengan mengatakan,”Sebagaimana terjadi pada acara-acara resmi dan keagamaan –menurut sangkaan mereka- di banyak masjid!”

3. Adapun perkataan mereka “Daripada berkumpul di rumah orang kematian sekedar bermain kartu, catur, atau lainnya, apalagi berjudi, lebih baik untuk membaca Al Qur’an”, maka ditinjau dari beberapa sisi, pendapat seperti ini tidak dapat diterima. Mengapa?

- Berkumpul di rumah orang kematian setelah penguburan mayit, sebagaimana banyak dilakukan orang, termasuk perbuatan niyahah (meratapi mayit) yang terlarang, memperbarui kesedihan, dan membebani keluarga mayit.

Imam Syafi’i rahimahullah berkata di dalam kitab Al Umm 1/248,”Aku membenci berkumpul dalam kesusahan, yaitu berjama’ah, walaupun mereka tidak menangis; karena hal itu akan memperbarui kesedihan, membebani biaya, bersamaan dengan riwayat yang telah lalu tentang hal ini.”

Kemungkinan, riwayat yang dimaksudkan oleh Imam Syafi’i tersebut ialah riwayat dari Jarir bin Abdullah Al Bajali, dia berkata,

كُنَّا نَعُدُّ الِاجْتِمَاعَ إِلَى أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصَنِيعَةَ الطَّعَامِ بَعْدَ دَفْنِهِ مِنَ النِّيَاحَةِ

Kami (para sahabat) memandang berkumpul kepada keluarga mayit dan pembuatan makanan setelah penguburannya termasuk meratap. [HR Ahmad dan ini lafazhnya; dan Ibnu Majah; dishahihkan oleh An Nawawi, Al Bushiri, dan Al Albani. Lihat Ahkamul Janaiz, hlm. 167].

Dan hal itu termasuk bid’ah, sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama. [Lihat Ahkamul Janaiz, hlm. 167].

- Sebagian ulama menyatakan, hukum bermain kartu dan catur, walaupun tanpa perjudian itu terlarang, sehingga termasuk maksiat. Adapun berkumpul di rumah orang kematian untuk membaca Al Qur’an hukumnya bid’ah.

Imam Sufyan Ats Tsauri rahimahullah berkata,”Bid’ah lebih dicintai oleh Iblis daripada maksiat. Orang terkadang bertaubat dari maksiat, tetapi seseorang sulit bertaubat dari bid’ah.” (Riwayat Al Lalikai, Al Baghawi, dan lainnya).

Pelaku bid’ah menganggap bid’ahnya sebagai ibadah dan kebaikan. Maka, bagaimana dia diminta untuk bertaubat darinya?!

4. Alasan mereka “Surat Yasin memiliki banyak keutamaan, antara lain merupakan jantung Al Qur’an, sehingga dipilih daripada surat-surat yang lain”.
Jawaban kami: Banyak ulama menyatakan, bahwa hadits-hadits yang menyebutkan fadhilah-fadhilah surat Yasin tidak ada yang shahih. Seandainya hadits-hadits itu shahih, bukan berarti boleh mengkhususkannya untuk dibaca pada waktu tertentu (seperti setelah kematian atau setiap malam Jum’at). Karena mengkhususkan waktu-waktu ibadah, merupakan hak pembuat syari’at, yaitu merupakan hak Allah Ta’ala semata.

5. Adapun perkataan mereka, bahwa berkumpul membaca surat Yasin tidak ada jeleknya.
Jawaban kami: Kebiasaan berkumpul membaca surat Yasin berjama’ah dengan suara keras pada waktu-waktu tertentu, mengandung banyak kejelekan dan keburukan. Antara lain:

- Membaca Al Qur’an berjama’ah dengan suara keras bertentangan dengan firman Allah:

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْءَانُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأْنصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. [Al A’raf: 204].

Sebagaimana penjelasan Imam Malik yang telah kami nukil di atas.

- Hal itu juga bertentangan dengan metode Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat ketika secara berjama’ah membaca Al Qur’an. Yaitu, satu orang membaca dan yang lainnya diam, mendengarkan dan merenungkan isinya, sebagaimana telah kami sebutkan di atas.

- Mengkhususkan membaca surat Yasin, tanpa surat-surat yang lain juga merupakan bid’ah dhalalah (yang sesat). Hal ini termasuk bid’ah idhafiyah, yaitu bid’ah yang pada asalnya ada dalil, namun sifatnya tidak ada dalil. Membaca Al Qur’an ada dalilnya, tetapi mengkhususkan surat Yasin pada waktu-waktu tertentu tidak ada dalilnya.

Tentang seluruh bid’ah merupakan kesesatan, dan tidak ada bid’ah hasanah di dalam agama. Lihat Majalah As Sunnah, Edisi 02/Tahun V/1421H/2001M.

- Mengkhususkan waktu tertentu untuk membaca surat Yasin, seperti setelah kematian atau setiap malam Jum’at, juga merupakan bid’ah dhalalah sebagaimana point sebelumnya.

- Membaca Al Qur’an bersama-sama dengan satu suara dan keras, memiliki berbagai keburukan.

Syaikh Dr. Muhammad Musa Nashr menyatakan, membaca Al Qur’an dengan satu suara merupakan bid’ah yang buruk dan memuat banyak kerusakan:
1. Hal ini merupakan perkara baru.
2. Mereka tidak saling mendengarkan bacaan Al Qur’an, bahkan saling mengeraskan, sedangkan Nabi melarang dari hal ini.
3. Seorang qari’ terpaksa berhenti untuk bernafas, sedangkan orang-orang lain meneruskan bacaan, sehingga dia kehilangan beberapa kata saat bernafas, maka ini tidak diragukan lagi keharamannya.
4. Seseorang bernafas pada mad muttashil seperti: جَاءَ , شَاءَ , أَنْبِيَاءَ sehingga dia memutus satu kata menjadi dua bagian. Ini merupakan perkara yang haram dan keluar dari adab qira’ah.
5. Menyerupai ibadah Ahli Kitab ibadah di dalam gereja mereka. [Kitab Al Bahts Wal Istiqra’ Fi Bida’il Qurra’, hlm. 51-52].

Kalau kita sudah mengetahui, bahwa hal itu termasuk bid’ah, maka sesungguhnya kejelekan bid’ah itu sangat banyak. Antara lain:
- Seluruh bid’ah sesat.
- Kesesatan itu membawa ke neraka.
- Amalan bid’ah tertolak
- Bid’ah termasuk perbuatan yang melewati batas.
- Menganggap baik terhadap bid’ah, berarti menganggap agama Islam belum sempurna. Padahal Allah telah memberitakan kesempurnaan agama ini. apakah mereka mengingkarinya?
- Bid’ah menyebabkan perpecahan.
- Pelaku bid’ah, semakin lama kian jauh dari Allah.
- Penyeru bid’ah menanggung dosa orang-orang yang mengikutinya sampai kari kiamat.
- Pelaku bid’ah menentang agama.
- Pelaku bid’ah menempatkan dirinya sebagai “pembuat syari’at”.
- Pelaku bid’ah akan diusir dari telaga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
- Pelaku bid’ah dilaknat oleh Allah. [Lihat Mabhats Majalah As Sunnah, Edisi 02/Tahun V/1421H/2001M] Dan kejelekan-kejelekan lainnya yang diketahui oleh Allah Ta’ala.

Inilah sedikit jawaban dari kami. Semoga dapat menghilangkan kebimbangan orang dalam masalah ini.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun VII/1423H/2003M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

sumber : http://almanhaj.or.id/content/1298/slash/0/yasinan/

Sabtu, 12 Mei 2012

sakinah mawaddah warohmah

Sering kita dengar ucapan-ucapan seperti judul di atas. Apalagi pada saat sekarang, musim liburan, dimana banyak sekali orang yang menyempurnakan setengah lagi dien-nya. Undangan pernikahan juga sekarang sudah bisa disebar melalui email atau web. Sebenarnya apa sih arti dari keluarga sakinah mawaddah wa rohmah ini.
Alloh SWT telah berfirman dalam ayatnya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum [30] : 21).

Dalam ayat itu tercantum kata-kata sakinah mawaddah warohmah, yang akan dijelaskan sbagai berikut:

Sakinah

a. Asal kata litaskunu => sakana => Sakinah => Tenang =>> Isteri menjadi tempat berteduh. Jadi, seorang isteri harus selalu menjaga penampilannya di hadapan suami, baik fisik maupun ruhaninya.
dengan menikah juga akan menjaga iffah (kesucian) dari maksiat, dosa dan nista dengan hadirnya istri/suami.

b. Lita’ Tafu : Saling mengikat hati (QS. Al-Anfal : 63). => Faktor ikatan hati adalah iman, bukan harta, kedudukan, apalagi tampang.
"tidak wanita untuk memadu cinta kecuali istri tercinta" begitu kata Ustadz Salim A. Fillah

c. Tamilu ‘Ilaiha : Kamu condong kepadanya. => Condong pikiran, perasaan, tangggung jawab. Di sini akan diketahui bahwa kewajiban seorang isteri adalah taat kepada suami. Jadi, masak, mencuci, dan lain sebagainya itu bukanlah sebuah kewajiban, melainkan perbuatan dalam rangka ketaatan pada suami.

d. Tadma’inubiha : Kamu merasa tentram dengannya.


Mawaddah


Mawaddah dalam rumah tangga diartikan dengan cinta. Menurut Hasan Al-Basri, mawaddah adalah metamorfosa dari hubungan suami istri. Jika rumah tangga adalah mesin, maka mawaddah adalah dinamonya.
Di antara ciri Mawaddah adalah :
a. Sering saling memberi hadiah.
b. Kasratu Dzikrihi : Selalu mengingat kebaikannya.
c. Kasratu Ittishali Ma’ahu : Selalu berkomunikasi dan saling terbuka.

Rohmah


Rohmah => Yarhamu => Kasih sayang. Ini adalah hasil akhir dari sakinah dan mawaddah
Nah, bagi pasangan yang baru menikah, selamat ya, semoga barokah Alloh untuk kalian semua, dan keluarga kita menjadi keluarga sakinah mawaddah warohmah.
sumber : http://sofianonline.com/sakinah-mawaddah-warohmah dengan sedikit tambahan

Tuhan Izinkan Aku Pacaran


sekedar riview dari seminar, lebih tepatnya talkshow yang tadi diadakan di FKH Unair, dengan narasumber Ustadz Salim A. Fillah, siapa dia? yak.. tepat sekali. penulis buku "Agar bidadari cemburu padamu" & " Nikmatnya pacaran setelah menikah" (baru itu yang aku tahu hehehe)
Pacaran , kata ini sudah tidak asing ditelinga, baunya juga sudah membahana kemana-mana, kata yang kadang-kadang menyebabkan penyakit yang sangat populer sekarang, Galau.. , tapi apakah kita tahu filosofi kata pacaran sebelumnya?
cekidott...
Dahulu, di masyarakat Melayu khususnya, ada budaya memakaikan pacar air (masyarakat Melayu biasa menyebutnya inai) pada dua orang muda mudi yang ‘ketahuan’ saling tertarik oleh keluarganya. Biasanya sang pemuda mengirimkan ‘sinyal’ tertariknya dengan memainkan seruling dan membacakan pantun dibawah rumah sang gadis (rumah panggung) ketika bulan purnama.Nah, jika keduanya ingin meneruskan hubungan mereka maka orang tua keduanya memberikan pacar air di tangan keduanya. Inai tersebut sebagai tanda bahwa keduanya telah memiliki hubungan. Inai yang ada di tangan akan hilang selama tiga bulan dan selama waktu itulah sang pemuda mempersiapkan segala kebutuhan untuk melamar sang gadis. Jika sampai inai di tangan mereka hilang dan belum juga ada lamaran atau konfirmasi lebih lanjut maka si gadis berhak untuk memutuskan hubungan tersebut dan menerima pinangan lelaki lain. Dan jangan bayangkan selama tiga bulan tersebut mereka berpacaran seperti pacarannya anak zaman sekarang. Mereka sangat terjaga sebelum pernikahan terjadi.Berarti kata pacar itu sendiri sebenarnya berasal dari daun pacar atau pacar air yang menandakan bahwa pemuda/i tersebut sudah ada ikatan, tinggal nunggu waktu..
Tapi seiring berjalannya waktu, makna pacaran yang sesungguhnya luntur, bahkan jauuuuuh dari makna yang sebenarnya..
sempat ngintip buku "Nikmatnya pacaran setelah pernikahan"
-> Ketika sebelum menikah, memegang tangan lawan jenis yang bukan mahram," Lebih baik ditembus dengan besi yang panas dari dubur sampai kepala nya daripada harus menyentuh wanita yang bukan muhrim-nya " (HR. At Tirmidzi)
-> Ketika setelah menikah
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya seorang lelaki jika memandang istrinya dan istrinyapun memandang kepadanya, maka Allah akan memandang kedua insan itu dengan pandangan rahmat. Kemudian jika ia (laki-laki itu) memegang telapak tangan (istri)nya maka dosa-dosa keduanya akan berguguran dari sela-sela jemarinya.
(HR Maisarah dan Imam ar-Rafi’I)


namanya review pasti loncat-loncat, yang penting dapat point2nya (gag mau disalahkan gara-gara gag runtut)

Dari mana datangnya Cinta? 
"Jangan dikira cinta datang dari keakraban yang lama dan karena pendekatan yang tekun.  Cinta adalah kecocokan jiwa, dan jika kecocokan itu tidak ada, cinta tak akan tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad." Kahlil Gibranjadi, Witing tresno jalaran soko kulino tanpa menemukan kecocokan jiwa, nihil..

-> jika dalam suatu pernikahan ada kecocokan jiwa -> Sakinah,mawaddah, warahmah..
-> Persiapan Sebelum pernikahan (bukan menjelang pernikahan)
1. Persiapan Mental
Lebih obyektif melihat permasalahan, dalam berkeluarga tidak mungkin akan berjalan mulus-mulus saja.
2.Persiapan Sosial.
Persiapan ketika melalui fase zero(sendiri) menuju single(bersuami/istri satu), yang awalnya tidak harus ikut arisan , tiba-tiba ikut arisan.
3.Persiapan Spiritual.
berupa ilmu yang harus dipelajari sebelum pernikahan, ilmu yang kita pelajari sekarang akan berpengaruh pada kehidupan setelah pernikahan, (misal : ketika memiliki anak, kemudian pipis , kena baju. termasuk najis apa?bagaimana mensucikannya?)
4.Persiapan Finansial
bukan berorientasi memilih suami/istri yang kaya, karena bisa saja jika pernikahan didasarkan pada tingkat finansial dikhawatirkan justru menjadi sumber kemiskinan. yang harus dilakukan adalah menjalankan suatu usaha untuk kehidupan mendatang




Jumat, 11 Mei 2012

Hidayatullah.com - Romantisnya Rasulullah dengan Istrinya

Hidayatullah.com - Romantisnya Rasulullah dengan Istrinya

RASULULLAH Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok manusia yang sempurna. Di medan perang beliau adalah seorang jenderal profesional yang menguasai taktik dan strategi bertempur. Di tengah masyarakat, beliau adalah teman, sahabat, guru, dan sosok pemimpin yang menyenangkan. Di rumah, beliau adalah seorang kepala rumah tangga yang bisa mendatangkan rasa aman, kasih sayang, sekaligus kebahagiaan.
Rasulullah Sahallahu ‘Alaihi Wassallam dinobatkan oleh Allah sebagai suri tauladan.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”. (QS: Al Ahzab [33] : 21).
Tidak salah jika  seluruh kehidupan Rasullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam  menjadi contoh baik bagi kita. Termasuk urusan dalam kamar sekalipun.
Di antara sisi romantis Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mencium istrinya sebelum keluar untuk shalat. Dari 'Aisyah Radhiallaahu 'anha, “Bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam mencium sebagian istrinya kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu.” (HR Ahmad).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang pria yang sangat lembut. Beliau mengekspresikan cinta kepada istrinya dengan sederhana dan bersahaja. Beliau juga sosok yang dikenal sangat romantis.
Misalnya, beliau biasa memanggil istri-istrinya,  dengan panggilan kesukaan dan panggilan yang indah.
Siti ‘Aisyah, dipanggil dengan panggilan “Ya Humaira” (wahai si merah jambu).
Coba bayangkan, istri mana yang tidak tersanjung saat dipanggil suaminya dengan panggilan ini? Telinga siapa yang tidak ingin mendengar sapaan seperti ini?

Tapi keindahan itu tercipta bukan karena beliau ahli merayu, melainkan karena hati beliau memang bersih, bening, indah dan keluar dari lubuk hati paling dalam.
Dari hati yang indah itulah keluar kata-kata, perilaku, dan sikap yang indah. Dari keindahan hati itulah terpancar segala keindahan dari setiap yang dipandang dan ditemuinya.

Memang, betapa indah hari-hari kehidupan di mata Rasulullah. Romantisme tidak hanya berlaku bagi istri-istrinya, juga anak-anak, bahkan nenek-nenek dan semua makhluk Allah Subhanahu wa Ta`ala lainnya pun merasakannya.

Sikap Rasulullah ini juga ditunjukkan ketika melihat alam dan unsur-unsur di sekitar. Ketika melihat sekuntum bunga yang mulai terbuka kelopaknya, kalbunya bergetar, hatinya bersuka cita, dan segera beliau mendatanginya, mencium dengan bibirnya, dan mengusapnya dengan penuh kasih sayang. Tak lupa beliau mengucapkan: “Aaamu khairin wa barakatin insya Allah.” (tahun baik dan penuh berkah, insya Allah).

Demikian pula ketika beliau mendapati bulan sabit di awal-awal malam kemunculannya, tak lupa menyambutnya dengan sukacita. Dengan penuh optimis beliau bercakap tentangnya: “Hilaalu khairin wa baarakatin insya Allah.” (awal bulan yang baik dan penuh berkah, insya Allah).

Bagitulah Rasulullah, junjungan kita.

Meskipun beliau sebagai seorang pemimpin yang super sibuk mengurus ummat, namun beliau tidak lupa untuk menjalin kemesraan dengan istri-istrinya. Beliau tak segan-segan untuk mandi bersama dengan istri beliau.
Dalam sebuah riwayat,  mandi bersama dengan Siti  ‘Aisyah radhiyallahu anha dalam satu kamar mandi dengan bak yang sama.

Dari 'Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah mandi dari jinabat bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan satu tempat air, tangan kami selalu bergantian mengambil air.” (HR Mutafaqun ‘alaih).
Dalam riwayat Ibnu Hibban menambahkan, “Dan tangan kami bersentuhan”.
Rasulullah mengajarkan kepada kita, mandi bersama istri bukanlah suatu hal yang tercela.  Jika hal ini dianggap tercela, tentulah beliau Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak akan melakukannya.
Rasulullah juga sangat mengerti perasaan istri-istrinya dan tau cara menyenangkan dan memberi kasih sayang. Rasulullah, sering tidur di pangkuan Siti ‘Aisyah, meski istrinya sedang haids.
Dari Urwah ia pernah ditanya orang, "Bolehkah wanita haids melayaniku dan bolehkah wanita junub mendekatiku?"
Urwah berkata, "Semuanya boleh bagiku, semuanya boleh melayaniku, dan tiada celanya. ‘Aisyah telah menceriterakan kepadaku bahwa dia pernah menyisir rambut Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ketika dia sedang haidsh, padahal ketika itu Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sedang i'tikaf di masjid; beliau mendekatkan kepalanya kepadanya (‘Aisyah) dan dia (‘Aisyah) ada di dalam kamarnya, lalu ia menyisir beliau, padahal ia sedang haids."

Ummu Salamah berkata, "Ketika aku bersama Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidur-tiduran di kain hitam persegi empat (dalam satu riwayat: di lantai, tiba-tiba aku haids, lalu aku keluar dan mengambil pakaian haidsku, lalu beliau bertanya, 'Mengapa kamu? apakah kamu nifas?' Aku menjawab, 'Ya.' Beliau lalu memanggilku, lalu aku tidur bersama beliau di lantai yang rendah."
Ummu Salamah biasa mandi bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam  dari satu bejana dan beliau suka menciumnya, padahal beliau sedang berpuasa.
Rasulullah juga mengajarkan kita untuk memperlakukan istri dengan istimewa. Hal itu ditunjukan ketika Nabi  ketika beliau tidak sungkan mandi dari sisa air  istrinya.
Dari Ibnu Abbas, “Bahwa Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah mandi dari air sisa Maimunah." (HR Muslim).
Nabi juga dikenal memanjakan wanita (istri-istrinya).
Dari Anas, dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah. Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut.” (HR Bukhari)

Sepiring berdua, gurauan dan ciuman

Rasulullah membiasakan mencium istri ketika hendak bepergian atau baru pulang.
Dari ‘Aisyah radhiallahu anhu, bahwa Nabi SAW biasa mencium istrinya setelah wudhu’, kemudian beliau shalat dan tidak mengulangi  wudhu’nya.”(HR ‘Abdurrazaq)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam  juga suka memakan dan meminum berdua dari piring dan gelas istri-istrinya tanpa merasa risih atau jijik.
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata: “Saya dahulu biasa makan his (sejenis bubur) bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam .“ (HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod)
Dari Aisyah Ra, ia berkata: “Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum.” (HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim.)
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam  pernah minum di gelas yang digunakan ‘Aisyah. Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit ‘Aisyah.(HR Muslim No. 300)
Nabi saw biasa memijit hidung ‘Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai ‘Aisya, bacalah do’a: “Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni)
Rasulullah juga bergurau bersama, di kala sedang dekat dengan istrinya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, ‘Aisyah dan Saudah pernah saling melumuri muka dengan makanan. Nabi SAW hanya tertawa melihat mereka. (HR Nasa’i dengan isnad hasan)
Begitulah Rasulullah. Beliau dikenal bersikap lembut dan sayang pada istrinya. Beliau juga menyayangi dan mengistimewakan istrinya di kala istrinya sedang sakit.
Dari ‘Aisyah, ia mengatakan, beliau (Nabi) adalah orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (HR Bukhari No 4750, HR Muslim No 2770)
Alhasil, Islam banyak mengajarkan kita tentang kelembutan dan sikap sayang pada pasangan. Itulah sikap romantisme yang diajarkan Islam pada para suami terhadap para istri. Sebab Rasullah bersabda, sebaik-baik para suami, adalah mereka yang bisa bersikap baik terhadap istrinya.
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban, hadits hasan shahih).*


Red: Cholis Akbar
 

BANYAK TERTAWA MEMATIKAN HATI


Rasulullah SAW telah menerangkan kepada kita tentang bahaya banyak tertawa, yaitu dapat melenyapkan fungsi hati, dimana bisa berubah dari hidup menjadi mati.
                                                          
Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah engkau memperbanyak tawa, karena sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati”

Yang dimaksud dengan mematikan hati adalah menjadikan hati lalai untuk mengingat Allah SWT dan lalai kepada kehidupan akhirat; apabila hati manusia lalai dalam mengingat Allah SWT, maka sesungguhnya kematian lebih dekat kepadanya daripada kehidupan.

Dibolehkan bagi seorang mukmin untuk tertawa dan bersenda gurau dengan sahabat-sahabatnya, sebab Rasulullah SAW pun bersenda gurau dengan sahabat-sahabat beliau, sebagai mana disebutkan dari Anas bin Malik bahwa Nabi SAW bersabda:

“Wahai yang memiliki dua telinga.” Ini adalah canda Rasulullah SAW kepada Anas ra.

Dan dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW menyuruh kepada seorang pria untuk menunggangi anak unta, maka orang itu berkata: “Apa yang akan saya perbuat terhadap anak unta betina ini? Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Bukankah unta betina itu akan melahirkan unta jantan”.

Bagi orang-orang yang memperhatikan kehidupan Rasulullah SAW maka ia akan mengetahui apa yang ia cari bahwa Rasulullah SAW adalah pribadi yang suka senda gurau dan tawa. Akan tetapi beliau bukanlah pribadi yang banyak tertawanya sebagaimana yang diriwayatkan dari Jabir bin Samrah ra, ia berkata: “Bahwa pada kedua betis Rasulullah SAW terdapat kehalusan dan bahwa beliau tidak tertawa kecuali tersenyum”. 

Rasulullah SAW dalam senda guraunya tidak berkata-kata kecuali kebenaran, sebab seorang mukmin perlu menghibur diri untuk mengusir kejenuhan dan untuk memperbaharui semangat, para sahabat Rasulullah SAW sering berkumpul hingga mereka saling tertawa dan senda gurau antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan bersenda gurau yang berlebihan, melebihi batas yang diperlukan maka ini merupakan kesungguhan, dan hal ini memberi pengaruh besar terhadap perilakunya hingga kehidupannya berubah menjadi cemoohan terhadap dirinya sendiri.

Orang yang konsisten hendaknya bersikap serius dalam menghadapi perkara-perkara hidupnya, tahu waktu untuk bersenda gurau dan setiap sesuatu ia laksanakan sesuai dengan kebutuhan agar tidak berlebih-lebihan dan juga tidak melalaikan. Apabila seorang yang konsisten berbiasa untuk tertawa dan bersenda gurau maka hatinya pasti menjadi keras, sebagai akibatanya adalah bila dinasihati maka tidak akan berguna baginya nasihat itu di dalam kehidupannya, apabila diingatkan maka ita tidak pernah sadar karena hatinya terlanjur dipenuhi canda, gurau dan tawa, hingga menjadikannya lemah.

Bahkan sebagian ada yang berlebihan dalam hal ini hingga senda gurau itu menjurus pada perbuatan dosa-dosa besar, menghina saudara-saudara muslim dan memperolok-olok mereka hanya untuk mendapatkan tawa dari teman-temannya lalu senda gurau itu berkembang pada perbuatan dusta untuk mendapatkan tawa dari khalayak. Rasulullah SAW bersabda:

“Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta agar orang lain tertawa, celakalah baginya dan celakalah baginya”.(HR Abu Daud, At-Tirmidzi dan Al-Hakim)

Imam Al-Manawi dalam kitab Faidh Al-Qadhir berkata:

“Kalimat: “Celakalah baginya”, Rasulullah SAW ulang-ulang hingga tiga kali, sebagai pernyataan besarnya azab orang itu, karena perbuatan semacam itu merupakan sumber dari perbuatan hina dan merupakan sumber dari segala perbuatan memalukan, maka jika perbuatan dusta itu dipadukan dengan perbuatan untuk memancing tawa manusia yang dapat mematikan hati dan menyebabkan manusia lupa akan dirinya serta dapat menyebabkan sikap kasar maka perbuatan itu adalah keburukan yang paling buruk”

Maka sederhana bercanda adalah suatu perkara yang sangat penting khususnya dalam kehidupan manusia yang konsisten karena ia membutuhkan sikap serius dan karena jalan yang ia tempuh menuntut seperti itu.


Tertawa dan Menangis

25 February 2009 No Comment

Alloh berfirman, “Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” (QS. An Najm : 43)

Ayat suci ini menunjukkan kepada kita mukjizat ilmiah pada proses tertawa dan menangis. Akal yang dikaruniakan oleh Alloh kepada manusia mampu merasakan hal-hal yang dapat membuatnya tertawa atau menangis. Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang dapat tertawa dan menangis. Ia akan tertawa jika mendengar atau melihat hal-hal yang membuatnya tertawa : gembira dan melihat azab ditimpakan kepada musuhnya.

Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu…. (QS. An Naml : 19)
Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa, dan gembira ria. (QS. ‘Abasa : 38-39)

Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir. (QS. Al Muthaffifin : 34)
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang beriman. (QS Al Muthaffifin : 29)

Tangis manusia dapat disebabkan oleh rasa takut, ngeri, khusyuk, rasa sakit, dan penyesalan.
…Apabila dibacakan ayat-ayat Alloh Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (QS Maryam : 58)
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk. (QS Al Isra’ : 109)
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan. (QS At Taubah : 82)

Menangis adalah sarana pertama yang dipakai oleh seorang bayi untuk menghadapi kehidupan ini. Ketika berada di dalam perut ibunya, dua paru-parunya tertutup karena sirkulasi darah pada tubuhnya berjalan melewati celah pada jantung yang disebut “celah telur” menuju ke paru-paru ibu secara langsung tanpa melewati paru-parunya. Dua paru-paru ini baru mulai dipakai ketika anak itu menangis ketika dilahirkan. Tangisan ini menutup celah pada jantungnya dan membuka sarang dadanya sehingga darah pun segera mengalir ke paru-parunya yang sudah terbuka akibat tangisan tersebut, kemudian udara masuk dan mulailah proses pernapasan normal.

Para ilmuwan berpendapat kesedihan dan bencana yang menimpa manusia menyebabkan sinyal-sinyal listrik yang kuat sampai ke otak dan akan dikirim oleh urat saraf ke setiap organ tubuh hingga berpengaruh pada fungsinya dalam kadar yang bermacam-macam. Jika sinyal itu sampai ke jantung, akan menyebabkan perubahan pada debarnya, bahkan kadang-kadang mengakibatkan kematian mendadak. Jika sampai ke hati, akan mengacaukan proses asimilasi yang mengakibatkan sakit gula. Jika sampai ke perut, akan menyebabkan rasa sakit dan kontraksi, menambah kadar keasaman, dan mungkin mengakibatkan terjadinya bisul di dalam perut. Jika sampai ke empedu, akan menimbulkan kontraksi pada saluran empedu dan mengurangi kemampuannya mengekskresi perasaannya hingga menyebabkan pengendapan garam dan pembentukan batu pada pundi-pundi empedu. Jika sinyal-sinyal listrik yang ditimbulkan oleh rasa sakit dan sedih itu sampai ke usus, akan menimbulkan kekembungan dan kekacauan dalam proses pencernaan. Selain itu, sinyal-sinyal tersebut juga dapat sampai ke tangan dan kaki hingga menimbulkan kesemutan, kelemahan, serta terserang penyakit saraf dan jiwa.

Sinyal-sinyal listrik yang mendadak ini akan melewati pembuluh saraf, lalu diserap dan dihalangi ketika berjalan-jalan menuju bagian-bagian tubuh. Perasaan nyaman, sabar, iman, dan melakukan sholat ketika terjadi kesusahan dapat menguatkan pembuluh saraf dan menyemangatkan fungsinya hingga mampu menghalangi perjalanan semua sinyal menuju tubuh dan melindunginya dari bahaya sinyal-sinyal itu. Jika pukulan bencana itu sangat kuat dan kesedihannya sangat dalam, otak akan mengirimkan sinyal-sinyal yang melebihi kemampuan pembuluh hipotalamus ke sistem-sistem di dalam tubuh agar tidak membahayakan kondisinya. Jika kelenjar air mata bertambah aktif, akan menyemprotkan air mata yang mencuci mata. Otot-otot rongga dada yang bergerak, baik ketika tertawa maupun menangis, meningkatkan etos kerja paru-paru dan pada gilirannya akan bermanfaat dalam proses pembersihan darah dari unsur karbondioksida. Sinyal-sinyal ini mungkin bermanfaat menggerakkan sebagian otot wajah yang dibutuhkan dari waktu ke waktu.

Demikianlah, menangis dan tertawa adalah dua karunia yang berguna untuk menghalangi perjalanan sinyal-sinyal berbahaya yang di atas kemampuan pembuluh hipotalamus dan mengalihkannya ke organ-organ lain. Jika pekerjaan organ-organ ini bertambah, justru bermanfaat bagi tubuh. Setiap manusia, sekuat apa pun iman dan daya tahannya, sekali-kali harus menangis ketika tertimpa kesusahan untuk mengalihkan limpahan sinyal-sinyal listrik mendadak yang tiba di otak. Terkadang juga digunakan beberapa jenis obat penenang untuk membatasi sampainya sinyal-sinyal berbahaya ini ke organ-organ tubuh. Akan tetapi, obat penenang seperti ini tidak akan berkhasiat lagi setelah pengaruhnya habis. Seorang manusia beriman tidak membutuhkan bius dan obat penenang seperti itu selama tabah dalam menghadapi kesusahan dan rela terhadap ketentuan Alloh.
 
Keburukan Tertawa
02:34 | Author: Janganlah Bersedih! Allah Bersama Kita


BANYAK ketawa menjadikan hati semakin gelap dan tidak berseri. Lampu hati tidak bersinar dan akhirnya terus tidak menyala. Hati juga tidak berfungsi lagi.

Nabi Muhammad s.a.w melarang umatnya daripada tertawa yang melampaui batas. Ini kerana banyak ketawa menghilangkan akal dan ilmu. Barangsiapa ketawa terbahak-bahak, akan hilang satu pintu daripada pintu ilmu.

Kenapa dilarang ketawa terbahak-bahak? Dalam keadaan suka yang keterlaluan, hati kita lalai dan lupa suasana akhirat dan alam barzah yang bakal kita tempuhi kelak.

Dunia hanya tempat tumpangan sementara. Kita menuju ke alam yang belum tentu menjanjikan kebahagiaan abadi. Sepatutnya kita berfikir bagaimana kedudukan kita di sana, sama ada berbahagia atau menderita.

Berbahagia di dunia bersifat sementara, tetapi di akhirat berpanjangan tanpa had. Penderitaan di dunia hanya seketika, tetapi di akhirat azabnya berterusan dan berkekalan.

Merenung dan memikirkan keadaan ini cukup untuk kita menghisab diri serta menyedarkan diri kita mengenai bahaya yang akan ditempuh.

Tertawa-tawa di masjid menggelapkan suasana kubur, demikian ditegaskan oleh Rasulullah s.a.w. Kita sedia maklum, kubur ialah rumah yang bakal kita duduki bagi tempo panjang.

Kita kesepian dan kesunyian tanpa teman dan keluarga. Kubur adalah satu pintu ke syurga atau neraka. Betapa dalam kegelapan di sana, kita digelapkan lagi dengan sikap kita yang suka terbahak-bahak di dunia.

Ketawa yang melampaui batas menjadikan kita kurang berilmu. Apabila kurang ilmu, akal turun menjadi kurang. Kepekaan terhadap akhirat juga menurun.

Nabi pernah bersabda: Barangsiapa tertawa-tawa nescaya dilaknat akan dia oleh Allah (Al-Jabbar). Mereka yang banyak tertawa di dunia nescaya banyak menangis di akhirat.

Saidina Ali sentiasa mengeluh: … jauhnya perjalanan.. . sedikitnya bekalan…

Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda, bermaksud: Barangsiapa banyak tertawa-tawa, nescaya meringankan api neraka.

Kita tidak pula dilarang menunjukkan perasaan suka terhadap sesuatu. Cuma yang dilarang ialah berterusan gembira dengan ketawa berlebihan.

Sebaik-baik cara bergembira ialah seperti yang dicontohkan oleh Rasullullah s.a.w. Baginda tidak terbahak-bahak, tetapi hanya tersenyum menampakkan gigi tanpa bersuara kuat.

Beberapa sahabatnya pernah berkata: Ketawa segala nabi ialah tersenyum, tetapi ketawa syaitan itu terbahak-bahak