Social Icons

Pages

Sabtu, 12 Mei 2012

Tuhan Izinkan Aku Pacaran


sekedar riview dari seminar, lebih tepatnya talkshow yang tadi diadakan di FKH Unair, dengan narasumber Ustadz Salim A. Fillah, siapa dia? yak.. tepat sekali. penulis buku "Agar bidadari cemburu padamu" & " Nikmatnya pacaran setelah menikah" (baru itu yang aku tahu hehehe)
Pacaran , kata ini sudah tidak asing ditelinga, baunya juga sudah membahana kemana-mana, kata yang kadang-kadang menyebabkan penyakit yang sangat populer sekarang, Galau.. , tapi apakah kita tahu filosofi kata pacaran sebelumnya?
cekidott...
Dahulu, di masyarakat Melayu khususnya, ada budaya memakaikan pacar air (masyarakat Melayu biasa menyebutnya inai) pada dua orang muda mudi yang ‘ketahuan’ saling tertarik oleh keluarganya. Biasanya sang pemuda mengirimkan ‘sinyal’ tertariknya dengan memainkan seruling dan membacakan pantun dibawah rumah sang gadis (rumah panggung) ketika bulan purnama.Nah, jika keduanya ingin meneruskan hubungan mereka maka orang tua keduanya memberikan pacar air di tangan keduanya. Inai tersebut sebagai tanda bahwa keduanya telah memiliki hubungan. Inai yang ada di tangan akan hilang selama tiga bulan dan selama waktu itulah sang pemuda mempersiapkan segala kebutuhan untuk melamar sang gadis. Jika sampai inai di tangan mereka hilang dan belum juga ada lamaran atau konfirmasi lebih lanjut maka si gadis berhak untuk memutuskan hubungan tersebut dan menerima pinangan lelaki lain. Dan jangan bayangkan selama tiga bulan tersebut mereka berpacaran seperti pacarannya anak zaman sekarang. Mereka sangat terjaga sebelum pernikahan terjadi.Berarti kata pacar itu sendiri sebenarnya berasal dari daun pacar atau pacar air yang menandakan bahwa pemuda/i tersebut sudah ada ikatan, tinggal nunggu waktu..
Tapi seiring berjalannya waktu, makna pacaran yang sesungguhnya luntur, bahkan jauuuuuh dari makna yang sebenarnya..
sempat ngintip buku "Nikmatnya pacaran setelah pernikahan"
-> Ketika sebelum menikah, memegang tangan lawan jenis yang bukan mahram," Lebih baik ditembus dengan besi yang panas dari dubur sampai kepala nya daripada harus menyentuh wanita yang bukan muhrim-nya " (HR. At Tirmidzi)
-> Ketika setelah menikah
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya seorang lelaki jika memandang istrinya dan istrinyapun memandang kepadanya, maka Allah akan memandang kedua insan itu dengan pandangan rahmat. Kemudian jika ia (laki-laki itu) memegang telapak tangan (istri)nya maka dosa-dosa keduanya akan berguguran dari sela-sela jemarinya.
(HR Maisarah dan Imam ar-Rafi’I)


namanya review pasti loncat-loncat, yang penting dapat point2nya (gag mau disalahkan gara-gara gag runtut)

Dari mana datangnya Cinta? 
"Jangan dikira cinta datang dari keakraban yang lama dan karena pendekatan yang tekun.  Cinta adalah kecocokan jiwa, dan jika kecocokan itu tidak ada, cinta tak akan tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad." Kahlil Gibranjadi, Witing tresno jalaran soko kulino tanpa menemukan kecocokan jiwa, nihil..

-> jika dalam suatu pernikahan ada kecocokan jiwa -> Sakinah,mawaddah, warahmah..
-> Persiapan Sebelum pernikahan (bukan menjelang pernikahan)
1. Persiapan Mental
Lebih obyektif melihat permasalahan, dalam berkeluarga tidak mungkin akan berjalan mulus-mulus saja.
2.Persiapan Sosial.
Persiapan ketika melalui fase zero(sendiri) menuju single(bersuami/istri satu), yang awalnya tidak harus ikut arisan , tiba-tiba ikut arisan.
3.Persiapan Spiritual.
berupa ilmu yang harus dipelajari sebelum pernikahan, ilmu yang kita pelajari sekarang akan berpengaruh pada kehidupan setelah pernikahan, (misal : ketika memiliki anak, kemudian pipis , kena baju. termasuk najis apa?bagaimana mensucikannya?)
4.Persiapan Finansial
bukan berorientasi memilih suami/istri yang kaya, karena bisa saja jika pernikahan didasarkan pada tingkat finansial dikhawatirkan justru menjadi sumber kemiskinan. yang harus dilakukan adalah menjalankan suatu usaha untuk kehidupan mendatang




Tidak ada komentar:

Posting Komentar