Menurut literatur dari Darin E. Hartley (Hartley,
2001), e-Learning merupakan suatu
jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa
dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain,
atau kalau bisa disederhanakan istilah e-Learning
bisa diartikan sebagai sarana belajar langsung jarak jauh.
Seiring
berkembangnya dunia teknologi, kebutuhan manusia akan informasi semakin meningkat. Berbagai kemudahan yang ditawarkan
oleh dunia teknologi seolah memiliki magnet dengan gaya tarik yang tinggi. Berbagai
bidang usaha kini menjadikan media elektronik yang merupakan perpanjangan
tangan dari teknologi, sebagai media
pengembang usaha. Sama halnya bidang pendidikan yang merupakan bidang usaha
untuk mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan berbasis teknologi telah berkembang di
beberapa sekolah di Indonesia, namun tidak bisa dipungkiri masih banyak sekolah
yang belum terjamah oleh dunia teknologi. Banyak alasan yang mendasari hal ini,
salah satunya adalah jarak. Jarak menjadi penghalang sampainya geliat teknologi
ke sekolah yang berada di suatu kawasan terpencil. Oleh karena itu perlu adanya
perhatian khusus dari semua pihak untuk menyelesaikan masalah ini.
Peran guru
dalam bidang pendidikan sangatlah vital, dimana guru adalah sebagai fasilitator
yang memberikan materi sekaligus sebagai penanggungjawab suatu proses
pembelajaran. Menyambung masalah jarak yang telah disebutkan diatas, masalah
yang dapat menghalangi proses pembelajaran adalah cuaca. Cuaca ini berbanding
lurus dengan jarak. Ketika hujan turun, jarak tempuh jauh, dan kondisi jalan
sulit untuk di lewati, seorang guru bisa saja tidak hadir dalam kegiatan
belajar. Ini tentu saja menghambat sampainya ilmu dari guru kepada siswa. Masalah
ini dapat terselesaikan jika pihak siswa dan guru memiliki perangkat teknologi
dan koneksi internet untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa.
Masalah
yang kedua adalah biaya, ketika sebuah sekolah membebaskan biaya masuk ke
instansinya, yang harus difikirkan ulang adalah biaya untuk buku penunjang. Dalam
satu mata pelajaran, buku penunjang yang diperlukan tidak hanya satu, umumnya
terdiri atas buku cetak yang berisi materi, buku lain yang berfungsi sebagai
lembar kerja siswa yang berisi soal dan latihan, dan buku tulis yang berfungsi
untuk meletakkan jawaban. Bagi siswa yang berasal dari keluarga dengan kondisi
ekonomi menengah ke atas mungkin ini bukan suatu masalah. Namun lain halnya
bagi siwa yang berasal dari keluarga menengah ke bawah, keterbatasan biaya bisa
menjadi rintangan tersendiri untuk dapat mengejar sebuah materi pembelajaran. Selain
itu, di Indonesia yang memiliki kurikulum tidak stabil membuat para siswa tidak
lagi sembarangan meminjam buku dari kakak kelas dengan alasan berbeda
kurikulum. Banyak buku yang akhirnya menumpuk di gudang atau bahkan dijual di
pasar loak. Sangat disayangkan bukan? Masalah ini setidaknya dapat diselesaikan
dengan adanya e-Learning. Sekolah yang memiliki fasilitas teknologi, seharusnya
mengarahkan pendidik atau guru untuk menggunakan proses belajar e-Learning,
sehingga tidak lagi mewajibkan siswanya memiliki buku cetak yang beraneka
macam. Sekolah yang dilengkapi OHP menyajikan materi dari e-book yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Selain
menghemat biaya penggunaan e-Larning juga bisa dikatakan sebagai bentuk cinta
lingkungan. Mengapa? Pada contoh kasus diatas dipaparkan berapa banyak buku
yang akhirnya ”menganggur” tidak terpakai. Buku ini tentu saja tidak terjadi
begitu saja. Buku merupakan sekumpulan kertas yang berasal dari kayu yang telah melewati proses panjang yang
dilakukan sebuah pabrik pembuat kertas.
Bayangkan
jika perubahan kurikulum ini
terjadi di seluruh sekolah di Indonesia mulai tingkat dasar sampai
tingkat
atas, ada berapa pohon yang harus ditebang sia-sia. Belum lagi adanya
kasus yang
akhir-akhir ini terjadi, buku cetak yang mengandung unsur yang tidak
dapat
dipertanggungjawabkan, ditarik kembali dari peredaran atau dilarang
untuk
digunakan. Berapa banyak pohon telah ditebang yang akhirnya sia-sia.
Bandingkan jika menggunakan e-Learning ada berapa pohon yang dapat
dibiarkan tetap tumbuh sebagai paru-paru dunia?
Penggunaan e-learning untuk guru dan siswa tentu saja tidak akan terhindar dari bebrapa halangan, misalnya pengadaan internet, pengadaan media elektronik, dan sumberdaya manusia sebagai pengendali. Namun setidaknya e-Learning dapat menjadi langkah dan usaha nyata yang dilakukan untuk dapat memajukan pendidikan di Indonesia. Untuk menjalankan ini tentu saja membutuhkan usaha dari berbagai pihak, terutama provider-provider di Indonesia untuk menyediakan jasa berupa koneksi internet untuk mewujudkan metode e-learning untuk guru dan siswa.
Penggunaan e-learning untuk guru dan siswa tentu saja tidak akan terhindar dari bebrapa halangan, misalnya pengadaan internet, pengadaan media elektronik, dan sumberdaya manusia sebagai pengendali. Namun setidaknya e-Learning dapat menjadi langkah dan usaha nyata yang dilakukan untuk dapat memajukan pendidikan di Indonesia. Untuk menjalankan ini tentu saja membutuhkan usaha dari berbagai pihak, terutama provider-provider di Indonesia untuk menyediakan jasa berupa koneksi internet untuk mewujudkan metode e-learning untuk guru dan siswa.