Social Icons

Pages

Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 Januari 2013

cintai lingkungan ala anak kost-kostan



barusan dapat inspirasi, tentang Sampah,,


kalau berbicara tentang barang yang satu ini memang tidak pernah ada habisnya. barang yang satu ini tidak pernah bisa jauh dari kehidupan manusia setiap harinya. karena manusia sendiri yang memproduksinya. rasanya tidak berlebihan jika manusia dianggap sebagai tukang sampah . seperti kata seorang teman namanya vika maulidiyah  (http://www.facebook.com/vika.maulidiyah?ref=ts&fref=ts) " yang tukang sampah itu bukan bapak berbaju biru (biasanya) yang biasanya dorong sampah dengan gerobak berwarna kuning, tapi manusia yang suka produksi SAMPAH". kadang-kadang tanpa sadar ada yang merasa jaga jarak dengan bapak-bapak ini, karena dia bawa sampah. padahal seharusnya harus berkaca pada diri sendiri. siapa yang tukang sampah mereka atau kita sebenarnya?

nha kalau sudah seperti ini, siapa yang nggak jijik lihatnya ? mengganggu estetika pastinya.
sebentar lagi akan ada lalat ijo (aku biasa menyebutnya abri).
atau ada kucing "mulung" alias ngobrak ngabrik sampah karena ada bau pindang di dalamnya.trus sampahnya tumpah dan baunya kemana-mana.
dan kalau yang punya pembantu biasanya menunggu pembantu buat ngebersihin sampahnya sementara kita cuma bilang "ih jorok banget sih" , padahal kita sendiri yang buang sampah ditu. jijik dong sama diri sendiri.
 
daripada kaya gitu lebih baik dihindari mulai dari cara membuang sampah (kecuali ada yang mau tetap seperti itu, sebaiknya segera berhenti membaca, ini tidak baik untuk kepribadian anda). 
 
 
ini adalah sistem pengelolaan sampah yang diambil dari PPT kuliah pengelolaan sampah departemen biologi Universitas airlangga. karena kebetulan saya manusia kos-kosan jadi posting tentang sampahnya sampai di sekitar situ saja. tips yang bisa saya tulis disini buat teman-teman kos-kosan lain cuma sampai tahap ketiga.

1. Timbulan/ generation. 
dimana proses tukang sampah berlangsung . biasanya habis makan penyetan bareng di depan Tivi trus buang sampah. nha itu dia . kenapa saya sebut penyetan ? karena kebanyakan anak kost2an sering makan penyetan (pengalaman pribadi). kalau yang makannya beli (nggak masak). pasti dalam satu menu (misal penyetan) ada komponen yang nggak disukai, misal : "aku nggak suka terongnya" atau " aku nggak suka kubisnya" (tapi jarang yang bilang " aku nggak suka ayam atau lelenya) yang pada akhirnya terbuang. sampah nggak cuma dari makanan, dari wadah sabun, atau bekas air mineral atau bekas cosmetik. lanjut ketahap selanjutnya Pewadahan
 
2. Pewadahan.
 
pada tahap ini kontribusi untuk menjaga lingkungan dipertanyakan. pada tahap pewadahan yang harus dilakukan adalah pemilahan sampah. mana yang organik, mana yang non organik . mana yang bisa di recycle atau yang tidak. sebaiknya ada sampah khusus botol air mineral, botol kaca, atau barang plastik lainnya. barang-barang semacam ini bisa dijual dan lumayan hasilnya bisa dipakai untuk uang kebersihan, misal : buat beli sapu umum (buat yang gekost). untuk sampah yang non organik bisa langsung di buang di tahap nomor 3. kalau sampah organik seharusnya bisa dibuat kompos. berhunbung di kost nggak ada tanahnya. jadi yang bisa saya lakukan adalah membuang (ke nomor 3)

3. Pengumpulan. 
tahap ini biasanya dikumpulkan di bak sampah yang besar. misal di bak kuning yang biasanya ditarik pak PUPPW. biasanya bak ini ada di pinggir jalan seperti yang ada di dekat kostan saya. untuk pengumpulan sampah. biasanya ada yang jijik pegang sampah. untuk "ngakali" itu sebaiknya di tempat sampah dikasih plastik biar gampang pas mau ngumpulkan ke bak sampahnya. jangan hanya bisa bilang " ihh jijik" tapi usahakan "ihh jijik,tak buang aja deh"

nha...seneng kan kalau lihat kostan bersih.

semoga tidak hanya fatamorgana untuk menjadikan lingkungan kita seperti tang ada DI DALAM bohlam diatas, meskipun sekarang masih banyak yang seperti DI LUAR BOHLAM

semoga bermanfaat, kalau ada kesalahan mohon koreksinya..:)

budidaya rami dan pengambilan serat

Written and Photographed by Judith Sorgen

At a CNCH 2000 workshop, Stephenie Gaustad introduced her earthy, homegrown flax and the long, abusive path the fibers endure to become the luxury fabric we know as linen.  Why would one venture on a journey to cultivate and process such a labor intensive fiber?  Perhaps it is the romantic notion of the CNCH 2009 conference theme “From Hand to Hand, Passing on our Fiber Tradition” or maybe a materialistic opportunity to add more fiber processing tools to our stash.
The journey begins with the seeds both literally and figuratively.  Here, I have annotated the stepwise process with my experience growing and processing flax.

Flax Fiber to Linen Thread
Cultivation – Seeds are planted in spring; blue flowers appear 60 days after germination; flax is harvested 30 days after flowers are at their peak.  My first plot was 4’ x 4’ and thickly sown with seed from the health food store; the plants grew to a height of 28” to 36”. The plants need a level growing area, sun and consistent watering. It is best if the plants are protected from wind or they may fall over The next year I purchased Linum Usitatissimum ‘Cascade’ (textile flax) seeds which grew to a maximum of 54” and had a sturdier stem which I believe will be more easily processed.

Dried Flax sheaves

Flax Plot

Flax sheaves
Harvest – Plants are pulled from the earth to retain their roots.  Flax stalks are aligned and placed in the sun to dry. The bundles were tied in sheaves and arranged to dry in whatever sun might shine in Mill Valley. It is important to maintain the alignment of the stalks throughout the processing steps.


Rippling the Flax

Rippling – Seeds are removed by drawing flax stalks through a hackle, an arrangement of spikes. The dryed stalks were drawn through 2 rakes placed over a tarp to catch the seed pods which could be used for another crop.  The pods were crushed to release the seeds which were passed through a sieve.

Retting – Flax stalks are ‘rotted’ by placing on grass and allowing dew to provide the moisture for fungi and molds  to decompose the cortex and the stem walls or by allowing flax to rest in slow moving water where bacteria and molds are the agents of decomposition. In lieu of a lawn or a stream, my husband dug a pit and lined it with plastic sheeting to create a retting pond.  The flax stalks were arranged in alternating layers; warm water was added; bricks were placed on the flax to keep it submerged;

Flax in retting pond

black plastic was placed on top to absorb any heat that the Mill Valley sun might supply; a screen covered the pond to discourage curious raccoons; some water was siphoned out of the pond daily and refilled with warm water.  After about two weeks, the retting process seemed complete; the test is that the pectin gluing the fibers inside the stem has been dissolved and the 10- 12 flax fibers within the stem separate.  The yield at this point was 23 ounces. Note: The retting process can be obnoxiously smelly so careful consideration of the placement of a retting site is advised.

Breaking - Dried, retted flax is either beaten with a corrugated mallet or placed in a hinged break to shatter the outer stem so that the long flax fibers can be separated from the waste, commonly called boon.  My husband built

Breaking Flax

a break that worked well to crack the outer stem and the inner cortex.  A small bundle of stalks were placed on the break frame starting in the middle; the brake handle is smartly lowered which cracks the stem and cortex; the bundle is then moved along the break to expose a new section of stems and the “breaking” process is repeated.

Scutching – The ‘broken’ boon is next separated from the flax fibers by scraping a wooden scutching knife along the fibers to push away the short pieces of stem.  I used a scutching knife made by Alden Amos and a scutching post made by my husband to scrape away the boon.  A bundle of flax stalks that had been processed by the break was placed in the “V” of the scutching post and the wooden scutching

Scutching Flax
knife was drawn down along the fibers to dislodge and scrape away the unwanted boon.  My boon was very stubborn and not easily removed making this step very difficult, slow and frustrating. My enthusiasm for scutching waned at this point, although I was very pleased and excited to see the “flaxen” fibers for the first time during this long process.  With persistence, I did scutch enough fiber to continue through the remaining steps.

Hackling -Flax fibers are drawn through rows of sharp spikes to separate the short fibers, tow flax, from the longer, more desirable fibers, line flax.  Alden’s hackle is a veritable, medieval torture-chamber implement that effectively separates the flax fibers into long silky strands.  It must be treated with respect and with a nearby supply of Band Aids.   The hackle is clamped to a sturdy table; a small bundle of scutched fiber is flicked onto the hackle beginning with the tip ends; then it is drawn through the hackle; the process is repeated moving up the bundle toward the root end.

Hackling Flax

The bundle can then be reversed to hackle the root end portion.  Tow fibers will collect in the hackle and must occasionally be cautiously removed.  As much as half of the scutched fiber can be lost at this stage; however, the tow flax can be spun into a coarse yarn or simply composted. When several bundles have been hackled they are carefully grouped into a strick making certain that the fibers are properly aligned, that is, all of the root ends are together. This is line flax.

Spinning - Flax is spun ‘wet’ to produce smooth, shiny

Spinning wet line flax
linen.  Flax is generally spun fine. The strick was tied at the one end and the fibers were fanned out. This arrangement was placed on an upright distaff and a bowl of water was hung on the spinning wheel.  As a small group of fibers were drawn from the distaff by the drafting hand, wet fingers of the other hand smoothed the newly formed linen thread.

Finishing – Linen threads are scoured in washing soda and/or detergent to remove excess pectin and lignin. The twist is set by drying as a skein or on a blocking reel. The linen thread was wound on a perforated plastic cone.  The cone was placed in a solution of washing soda and boiled for 2 hours.  The thread was then wound into a skein to dry.

Spun linen thread

I’m now at the end of the “line”, so to speak, having been disheartened by that stubborn boon, but I had fulfilled my goal of growing, processing and spinning an ancient fiber.  Yet, I did plant a second crop which has been retted and rippled, so I am still engaged in the process. Then a fifth grade teacher asked if I could help with the harvest of the class’s flax crop and demonstrate processing the plant into cloth. So I, in a colonial costume, loaded up my flax and processing tools and went to the farm for the harvest.  The teacher wanted the children to know where clothing came from during the colonial period, the amount of labor involved (including that of children) and that textiles were “dear” rather than disposable.  Their “That’s a lot of work”, confirmed that they got his message and flax is just the fiber to tell the story. The next year 3 classrooms of fifth graders used the tools to experience flax processing from rippling to weaving; the big hit was the menacing hackle.


Students with hackle

In preparation for this project, I truly enjoyed researching the history of flax and its contribution to various cultures down through the ages.  And yes, it is possible to take the flax journey vicariously through reading, but it is much more rewarding to engage in the steps yourself.  As my hands transformed the flax from a resistant stalk into a luxury fiber, I reflected upon our forebearers who toiled so hard and I developed an immense appreciation for their persistence.  Demonstrating the flax process was a very rewarding means of sharing a textile tradition with future generations.  To those who endeavor to cultivate and process flax, Alden Amos says, “Flax passes through several stages of abuse before it becomes a useful textile fiber.  Numerous rewards and your personal sense of satisfaction will give a new meaning to smug.”  It has. Oh, did I mention all of the cool tools?

Suggested reading:
Linda Heinrich – The Magic of Linen, Flax Seed to Woven Cloth
Alden Amos -The Alden Amos Big Book of Spinning, illustrated by Stephenie Gaustad
Source for Seeds – Browse the Internet.   Do not use perennial flax.
Source for Equipment
Alden Amos – : http://pweb.jps.net/~gaustad
source : http://www.cnch.org/cnchnet/spring-2011/flax-cultivation-whats-in-it/

Rabu, 05 Desember 2012

filosofi logo apple

logo apple


Apa yang ada dibenak Anda ketika melihat logo sebuah apple yang tergigit seperti gambar di samping? Pasti dibenak Anda akan langsung terbayang dengan deretan gadget-gadget canggih saat ini seperti iPhone, iPod, atau iPad. Ya, gambar tersebut adalah logo dari perusahaan komputer raksasa dunia Apple Inc. . Namun tahukah Anda sejarah dan arti dari logo tersebut. Berikut sedikit informasi tentang sejarah dan arti logo Apple.

Sebelum menjadi logo Apple seperti sekarang, logo Apple telah mengalami beberapa kali perubahan. Logo Apple yang pertama sedikit rumit yaitu berupa gambar Issac Newton yang sedang duduk membaca buku dibawah pohon apple. Logo tersebut di rancang oleh Ronald Wayne pada tahun 1976.




logo apple pertama


Logo Apple yang Pertama Tahun 1976

Steve Jobs berpikir bahwa logo itu sedikit terlalu intelektual dan terlalu detail, yang membuat logo itu sulit diingat. Selanjutnya pada tahun 1977 Rob Jannof mendesain ulang logo Apple. Desain logonya sangat simple yang terdiri dari sebuah apel yang sedikit tergigit dan diisi dengan warna pelangi. Meskipun susunan warnanya dibuat keliru.

rob jannof
Rob Janoff dan Logo Apple Ciptaanya

Menurut Janoff bekas gigitan yang ada pada apple tersebut pada awalnya dibuat sebagai variasi yaitu untuk membedakan bahwa gambar tersebut adalah apple bukanlah jeruk atau tomat. Sementara warna pelangi tersebut dicetuskan sendiri oleh Steve Jobs. Penempatan warna pelangi yang keliru tersebut bukanlah tanpa alasan. Penempatan warna tersebut bermaksud untuk menunjukkan filosofi "Keluar dari aturan baku" yang berarti kebebasan dan keberanian perusahaan untuk berinovasi dan merevolusi teknologi.
 
Banyak orang percaya pemilihan logo Apple tersebut berkaitan dengan beberapa hal berikut :

  • Mengenang Alan Turing, bapak komputer dunia yang mengakhiri hidupnya dengan memakan buah Apple yang mengandung sianida.
Alan Turing

  • Mengenang Issac Newton yang diceritakan menemukan teori hukum gravitasi setelah melihat sebuah apel yang jatuh dari pohon.
Issac Newton

  • Berawal dari kegemaran Steve Jobs yang vegetarian terhadap buah apel. Sehingga dia memutusakan untuk menamakan dan memberi logo perusahaanya dengan buah apel.
  • Terinspirasi dari grup band legendaris The Beatles, yang terdapat logo Apple di salah satu albumnya.
The Beatles dalam Logo Apple

Perusahaan yang dicetus oleh Steve Jobs tersebut telah menggunakan logo Apple tersebut selama 22 tahun sejak tahun 1977. Sampai pada tahun 1997 setelah kembalinya Steve Jobs ke perusahaan Apple. Steve Jobs memutuskan untuk memodifikasi logo Apple menjadi lebih minimalis yaitu logo Apple monokromatik. Pengantian logo tersebut untuk mengikuti perkembangan jaman dan memberi maksud bahwa perusahaan Apple telah memasuki millenium baru dunia teknologi.

Logo Apple Sekarang


sumber :http://fery-dedi.blogspot.com/2012/04/sejarah-arti-perkembangan-logo-apple.html
 

Sabtu, 13 Oktober 2012

Cara Kerja SIM CARD Hp



Tentu kalian memiliki benda mungil yang satu ini. Karena tanpa benda ini anda tidak dapat mengoperasikan secara optimal handphone anda. Ya, benda ini di namakan SIM (Subscriber Identity Module). SIM adalah kartu informasi kecil yang berisi informasi berlangganan dan informasi pribadi lainnya. Informasi ini seperti nomor telepon, informasi penagihan identitas, dan sebagian kecil data pengguna tertentu.Simcard digunakan dalam sistem GSM. Kartu yang mirip dengan SIM dalam UMTS disebut USIM, sedangkan kartu RUIM popular dalam sistem CDMA.

Kartu SIM adalah Sebuah papan sirkuit kecil berkode, yang diintegrasikan ke dalam ponsel GSM ketika kita berlangganan jasa telekomunikasi. Kartu ni menyimpan informasi dari orang yang berlangganan, keamanan data dan serta memori untuk menyimpan nomor pribadi. kartu SIM menyimpan informasi yang memungkinkan penyedia layanan jaringan untuk mengidentifikasi penelpon. Kartu SIM seperti kartu memori yang bisa dilepas dan bisa diintegrasikan ke dalam setiap handset GSM, memungkinkan Anda untuk mempertahankan nomor ponsel yang sama bahkan dalam kasus ketika Anda mengganti ponsel anda. Sebuah chip unik ada dalam kartu SIM di semua ponsel GSM.

CARA KERJANYA


Subscriber Identity Module ini sifatnya sementara, artinya dapat dipindahkan pada sejumlah telepon seluler. SIM menyimpan informasi seperti nomor telepon, pesan teks , dan data lain. Dapat dianalogikan seperti hardisk kecil yang dapat mengaktifkan telepon secara otomatis saat ditancapkan pada sebuah perangkat.

imcard menyimpan informasi yang berkaitan dengan jaringan yang digunakan untuk otentifikasi (authentication) dan identifikasi pengguna. Data yang paling penting adalah: nomer identitas kartu (ICCID, Integrated Circuit Card ID), nomer pengguna internasional (IMSI, International Mobile Subscriber Identity), kunci authentikasi (Ki, Authentication Key), kode area (LAI, Local Area Identity), dan nomer panggilan darurat operator. SIM juga menyimpan nomer layanan pusat untuk SMS (SMSC, Short Message Service Center), nama penyedia layanan (SPN, Service Provider Name), dan lainnya

Pada pin Simcard pasti terdiri atas 6 Pin.. yang terdiri atas :

1.simclock , adalah sinyal frekuensi clock melakukan sinkronisasi ke data digital untuk membuat sinyal data ketika mentransfer atau mengirim dan menerima informasi data.

2.simdata , adalah data digital yang disimpan pada memori SIM

3.simreset, ini juga merupakan sinyal frekuensi yang memicu atau mengatur ulang semua proses sinkronisasi

4.Vsim , ini sebuah power supply tegangan yang digunakan untuk mengaktifkan sirkuit SIM.

5.Ground, voltase gound

6.Nc (Not Connetcetd)

semua ponsel pasti terdiri atas 6 pin ini saja….


Click this bar to view the full image

Terdapat 3 sumber listrik untuk mengoperasikan sim card ini, yaitu 5 v , 3 v, 1.8 v. (ISO/IEC 7816-3 klas A, B, dan C.
Kartu sim pertama di buat pada tahun 1998, dengan kartu Munich smart Giesecke & Devrient menjual 300 kartu pertama ke operator jaringan nirkabel Finlandia Radiolinja.

Alur kerja dari bagian sim card ini adalah….
Dari Konektor simcard ===> Emif Simcard ====> Ic Power

ini berlaku untuk semua ponsel….


Pin2 penting yang harus kita perhatikan adalah semua pin2 tersebut harus dalam keadaan tersambung satu sama lainnya sesuai dengan jalur yang dilalui… kecuali jalur NC alias not connected atau tidak konek ke mana2

SISTEM OPERASINYA

Sistem operasinya ada 2 jenis yaitu, Kartu asli dan kartu java. Karu asli didasarkan pada bawaan produk, perangkat lunak vendor tertentu sedangkan kartu java merupakan subset dari bahasa pemograman yang ditunjukan untuk embedded device. Kartu java memungkinkan SIM berisi pemrograman dan hardware yang bisa diinstal terus.

DIAGRAM BLOK SUBSCRIBER IDENTITY MODULE (SIM)
Click this bar to view the full image.


Diagram ini menunjukan bahwa kartu sim memiliki 8 kontak listrrik. Kartu ini memiliki mikroprosesor yang digunakan untuk mengambil dan menyimpan data. Memori tambahan dimasukan untuk memberikan fitur seperti pesan singkat yang disimpan pada kartu sim.

sumber :  http://clik3x.blogspot.com/2012/01/mengintip-cara-kerja-simcard-pada-hp.html

Kamis, 21 Juni 2012

Jangan Simpan Kentang Busuk

Pada suatu hari di sebuah sekolah dasar, seorang guru mengadakan permainan dengan para muridnya. Saat itu, semua murid telah membawa kantong plastik transparan beserta beberapa kentang kecil. Kemudian ibu guru berkata
Anak-anak, apakah ada di antara kalian yang mempunyai rasa tidak senang atau benci kepada yang lain ?


Spontan anak-anak itu menjawab : Ada, Buuu... !!!


Nah, kalau begitu tuliskanlah huruf atau kode yang menunjukkan orang tersebut di kentang yang kalian bawa. Kalau ada yang punya rasa tidak senang kepada lebih dari satu orang, berarti kentangnya harus sebanyak orangnya yah ...


Kemudian, masing masing anak menandai kentangnya sesuai dengan jumlah orang yang tidak disenangi. Ada anak yang menuliskannya pada satu kentang, dua kentang atau bahkan lebih. Lalu ibu guru menjelaskan
Aturan permainannya adalah seperti ini. Kalian harus membawa kentang itu di dalam kantong plastik selama satu minggu.Tidak berat kan ? tanya bu guru. Anak-anak itu menggelengkan kepalanya


Kemudian, selama satu minggu di sekolah, mereka semua membawa kentangnya kemana-mana. Baik saat makan di kantin, pergi ke toilet, main di lapangan, atau di kegiatan lainnya. Hari pertama tidak ada masalah karena murid-murid menganggapnya tugas yang mudah. Akan tetapi setelah beberapa hari, kentang yang mereka bawa mulai berubah warna menjadi hitam dan mulai membusuk. Aromanya sangat tidak enak. Anak-anak yang membawa lebih dari satu kentang mulai merasakan beratnya tugas ini


Setelah satu minggu, ibu guru membahas tugas ini di kelas bersama para muridnya


Bu guru, rasanya tidak enak sekali membawa kentang busuk kemana-mana. Saya jadi tidak enak makan, kata seorang murid
Murid-murid yang lain mengiyakan dan bergantian curhat kepada ibu guru, tentang betapa tidak enaknya membawa kentang busuk ke mana-mana

Kemudian sang guru menjelaskan arti permainan itu :
Anak anak, kentang itu ibarat kebencian atau rasa tidak suka yang kita pendam terus terhadap seseorang, yang terus kita bawa ke mana-mana. Sangat tidak nyaman kan ? Karena itu, jangan menyimpan dendam atas kesalahan yg dilakukan oleh teman atau orang lain kepada kita. Semakin lama kita simpan dalam hati, maka kita akan semakin merusakmental dan jiwa, sama seperti racun yang ada dalam kentang busuk ini. Apakah kalian memahami penjelasan ini ?


Paham, Bu... !!! jawab mereka serempak


akhi ukhty fillah ...
Kesalahan orang kepada kita, apapun bentuknya (baik disengaja atau tidak disengaja), yang pasti kalau kita ingat terus, apalagi timbul dendam dan berusaha membalas dengan lebih kejam lagi, maka sepanjang hidup justru kita akan menderita. Sebaliknya kalau kita yang melakukan kesalahan, baik itu disengaja atau tidak, maka percepat minta maaf atas kesalahan yang kita lakukan ...
sumber : http://lazyboy21.blogspot.com/search/label/benkyou?max-results=4

Kamis, 07 Juni 2012

Tentang Reptil (Serpentes dan Non Serpentes)

Reptilia merupakan hewan vertebrata yang menyesuaikan diiri di tempat yang kering. Pada bagian kulitnya terdapat zat tanduk yang digunakan untuk menjaga banyak kehilangan cairan dari tubuh pada tempat yang kering. Nama kelas ini diambil dari cara hewan ini berjalan yaitu reptum yang artinya melata atau merayap. Studi untuk mempelajari hewan ini biasanya disebut dengan Herpetology (Jasnin, 1992).


Reptilia memiliki ciri tubuh seperti eksoterm, tubuh ditutupi oleh kulit yang menanduk (tidak licin) biasanya dengan sisik atau carapace, beberapa ada yang memiliki kelenjer permukaan kulit dan ada yang tidak, memiliki dua atau satu pasang anggota gerak yang masing-masing lima jari dengan kuku-kuku yang cocok untuk berlari, mencengkram, dan naik ke atas pohon serta ada yang tidak memiliki tungkai sama sekali, mempunyai panjang tubuh yang beragam, relung hidup mulai dari arboreal, akuatis, fusorial, dan terstrial (Radiopoetra. 1996).


Reptilia menunjukkan kemajuan dibandingkan amphibia. Hal ini ditunjukkan dengan mempunyai penutup tubuh yang kering dan berupa sisik yang merupakan penyesuaian hidup menjauh air. Extremitas cocok untuk gerak cepat, adanya kecendrungan ke arah pemisahan darah yang beroksigen dalam jantung, sempurnanya proses penulangan, telurmempunyai membran dan cangkang guna untuk melindungi embrio. Bentuk luar tubuh reptilia bermacam-macam yaitu ada yang bulat pipih( kadal, buaya), umumnya tubuh dapat terbagi atas cephal, cervix, truncus dan caudal. Pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu kulit dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total yaitu pada anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota Sub-ordo Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan.Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit (Jasin, 1992). 


Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu Subordo Lacertilia atau Sauria, Subordo Serpentes atau Ophidia dan Subordo Amphisbaenia. Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kultikula baru di bawah lapisan yang lama.Pada Subordo Ophidia, kulit atau sisiknya terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian.Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum (Radiopoetra. 1996).


Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan Reptilia yang seluruh anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini dapat diketahui bahwa semua jenis ular termasuk dalam subordo ini. Ciri lain dari subordo ini adalah seluruh anggoanya tidak memiliki kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung mata digantikan oleh sisik yang transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota Ordo Squamata yang lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan ligament elastis (Zug, 1993). 

Pada ular terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu  Haemotoxin merupakan bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara menyerang sel-sel darah, contoh famili yang memiliki bisa tipe ini adalah Colubridae dan Viperidae. Cardiotoxin, masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini menyerang jantung dengan cara melemahkan otot-otot jantung sehingga detaknya melambat dan akhirnya dapat berhenti, contoh famili yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik. Dalam arti, banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini. Neurotoxic merupakan bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili Elapidae dan Hydrophiidae adalah contoh famili yang memiliki bisa tipe ini (Jasnin, M. 1992 ). 

Famili Colubridae memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili yang lain diantaranya sisik ventralnya sangat berkembang dengan baik, melebar sesuai dengan lebar perutnya. Kepalanya biasanya berbentuk oval dengan sisik-sisik yang tersusun dengan sistematis. Ekor umumnya silindris dan meruncing. Famili ini meliputi hampir setengah dari spesies ular di dunia. Kebanyakan anggota famili Colubridae tidak berbisa atau kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan bagi manusia. Gigi bisanya tipe proteroglypha dengan bisa haemotoxin Genusnya antara. lain: Homalopsis, Natrix, Ptyas, dan Elaphe ( Djuhanda, 1982). 

Famili Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya arboreal. Dengan persebaran di Columbia, Suriname, Bolivia, Argentina, dan Asia. Pembuluh darah dan organ pernafasannya masih primitive, memiliki sisa tungkai belakang yang vestigial. Moncongnya dapat digerakkan. Tipe giginya aglypha. Famili ini memiliki genus diantaranya: Acrantophis, Boa, Candoia, Corallus, Epicrates, Eryx, Eunectes, Gongylophis, dan Sanzinia (Radiopoetra, 1996).            

Famili  Elapidae merupakan famili yang anggotanya kebanyakan ular berbisa yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis.terdiri dari 61 genus dengan 231 spesies yang telah diketahui. Biasanya memiliki gigi bisa tipe Solenoglypha dan ketika menutup gigi bisanya akan berada pada cekungan di dasar bucal. Bisa tipe neurotoxin. Dekat kekerabatannya dengan Famili Hydrophiidae. Pupil mata membulat karena kebanyakan merupakan hewan diurnal. Famili ini dapat mencapai ukuran 6m (Ophiophagus hannah) dan biasanya ovipar namun adapula yang ovovivipar (Hemachatus) (Iskandar, 2000).Famili Viperidae memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis haemotoxin. Famili ini kebanyakan merupakan ular terran yang hidup di gurun. Namun ada pula yang hidup di daerah tropis. Tersebar hampir di seluruh dunia. Sisiknya biasanya termodifikasi menjadi lapisan tanduk tebal dengan pergerakan menyamping. Memiliki facial pit sebagai thermosensor. Kebanyakan anggota familinya merupakan hewan yang ovovivipar dan beberapa ada yang bertelur. Subfamili yang ada di Indonesia adalah Crotalinae yang terdiri dari 18 genus dan 151 spesies (Brotowijiyo1990)            

Pythonidae merupakan famili dari ular tidak berbisa. Beberapa mengelompokkannya sebagai subfamili dari Boidae yaitu Pythoninae. Pythonidae dibedakan dari Boidae karena mereka punya gigi di bagian premaxila, semacan tulang kecil di bagian paling depan dan tengah dari rahang atas. Kebanyakan hidup di daerah hutan hujuan Tropis. Merupakan ular yang tercatat mampu mencapai ukuran paling besar, 10m (Python reticulatus). Beberapa spesies menunjukkan adanya tulang pelvis dan tungkai belakang yang vestigial berupa taji di kanan dan kiri kloaka. Taji ini lebih besar pada yang jantan dan berguna untuk merangsang pasangannya pada saat kawin (Djuhanda,Tatang. 1982). 

Famili Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena sisiknya berkilau bila terkena cahaya. Famili ini mempunyai lapisan pigmen yang gelap di bagian bawah permukaan tiap sisiknya yang menambah terang kilauannya. Salah satu spesiesnya Xenopeltis unicolor merupakan binatang peliang yang mengahabiskan waktunya di dalam tanah. Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia Tenggara (Zug, 1993). 

Anggota ordo Testudinata memiliki ciri yang spesifik yaitu tubuhnya dilindungi oleh bangunan yang disebut cangkang atau tempurung. Tempurung kura-kura terdiri dari karapaks, yang berbentuk cembung di bagian dorsal, dan plastron yang bentuknya relatif datar atau rata di bagian ventral. Pada bagian karapaks terdapat tulang vertebra/ neural, tulang pleural, tulang suprapygal, tulang pygal, tulang nuchal dan tulang peripheral. Pada bagian plastron terdapat tulang epiplastron, tulang entoplastron, tulang hyoplastron, tulang mesoplastron, dan tulang xiphiplastron. Di Indonesia, dikenal empat kelompok hewan yang termasuk bangsa ini, yaitu penyu ( sea turtle), labi-labi ( Shoftshell Turtle), Kura-kura air tawar ( Fresh water Turtle/ Terrapine), kura-kura darat ( Tortoise). ( Pough et. al, 1998).

 Di atas tulang-tulang penyusun karapaks dan plastron terdapat lapisan yang disebut keping perisai. Keping perisai pada karapaks terdiri dari keping vertebral, keping costal, keping marginal, keping nuchal, dan keping supracaudal. Keping perisai pada plastron terdiri dari keping gular, keping humeral, keping pectoral, keping abdominal, keping anal,dan keping femoral ( Pough et. al, 1998; Erns et. al, 2007 ). Pada beberapa famili ada yang tidak dilapisi dengan keping perisai seperti pada Famili Trionychidae dan Famili Charettochelydae.





sumber : http://biopai.blogspot.com/2012/05/sekilas-tentang-reptil-serpentes-dan.html