Social Icons

Pages

Kamis, 07 Juni 2012

Tentang Reptil (Serpentes dan Non Serpentes)

Reptilia merupakan hewan vertebrata yang menyesuaikan diiri di tempat yang kering. Pada bagian kulitnya terdapat zat tanduk yang digunakan untuk menjaga banyak kehilangan cairan dari tubuh pada tempat yang kering. Nama kelas ini diambil dari cara hewan ini berjalan yaitu reptum yang artinya melata atau merayap. Studi untuk mempelajari hewan ini biasanya disebut dengan Herpetology (Jasnin, 1992).


Reptilia memiliki ciri tubuh seperti eksoterm, tubuh ditutupi oleh kulit yang menanduk (tidak licin) biasanya dengan sisik atau carapace, beberapa ada yang memiliki kelenjer permukaan kulit dan ada yang tidak, memiliki dua atau satu pasang anggota gerak yang masing-masing lima jari dengan kuku-kuku yang cocok untuk berlari, mencengkram, dan naik ke atas pohon serta ada yang tidak memiliki tungkai sama sekali, mempunyai panjang tubuh yang beragam, relung hidup mulai dari arboreal, akuatis, fusorial, dan terstrial (Radiopoetra. 1996).


Reptilia menunjukkan kemajuan dibandingkan amphibia. Hal ini ditunjukkan dengan mempunyai penutup tubuh yang kering dan berupa sisik yang merupakan penyesuaian hidup menjauh air. Extremitas cocok untuk gerak cepat, adanya kecendrungan ke arah pemisahan darah yang beroksigen dalam jantung, sempurnanya proses penulangan, telurmempunyai membran dan cangkang guna untuk melindungi embrio. Bentuk luar tubuh reptilia bermacam-macam yaitu ada yang bulat pipih( kadal, buaya), umumnya tubuh dapat terbagi atas cephal, cervix, truncus dan caudal. Pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu kulit dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total yaitu pada anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota Sub-ordo Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan.Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit (Jasin, 1992). 


Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu Subordo Lacertilia atau Sauria, Subordo Serpentes atau Ophidia dan Subordo Amphisbaenia. Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kultikula baru di bawah lapisan yang lama.Pada Subordo Ophidia, kulit atau sisiknya terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian.Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum (Radiopoetra. 1996).


Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan Reptilia yang seluruh anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini dapat diketahui bahwa semua jenis ular termasuk dalam subordo ini. Ciri lain dari subordo ini adalah seluruh anggoanya tidak memiliki kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung mata digantikan oleh sisik yang transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota Ordo Squamata yang lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan ligament elastis (Zug, 1993). 

Pada ular terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu  Haemotoxin merupakan bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara menyerang sel-sel darah, contoh famili yang memiliki bisa tipe ini adalah Colubridae dan Viperidae. Cardiotoxin, masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini menyerang jantung dengan cara melemahkan otot-otot jantung sehingga detaknya melambat dan akhirnya dapat berhenti, contoh famili yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik. Dalam arti, banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini. Neurotoxic merupakan bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili Elapidae dan Hydrophiidae adalah contoh famili yang memiliki bisa tipe ini (Jasnin, M. 1992 ). 

Famili Colubridae memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili yang lain diantaranya sisik ventralnya sangat berkembang dengan baik, melebar sesuai dengan lebar perutnya. Kepalanya biasanya berbentuk oval dengan sisik-sisik yang tersusun dengan sistematis. Ekor umumnya silindris dan meruncing. Famili ini meliputi hampir setengah dari spesies ular di dunia. Kebanyakan anggota famili Colubridae tidak berbisa atau kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan bagi manusia. Gigi bisanya tipe proteroglypha dengan bisa haemotoxin Genusnya antara. lain: Homalopsis, Natrix, Ptyas, dan Elaphe ( Djuhanda, 1982). 

Famili Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya arboreal. Dengan persebaran di Columbia, Suriname, Bolivia, Argentina, dan Asia. Pembuluh darah dan organ pernafasannya masih primitive, memiliki sisa tungkai belakang yang vestigial. Moncongnya dapat digerakkan. Tipe giginya aglypha. Famili ini memiliki genus diantaranya: Acrantophis, Boa, Candoia, Corallus, Epicrates, Eryx, Eunectes, Gongylophis, dan Sanzinia (Radiopoetra, 1996).            

Famili  Elapidae merupakan famili yang anggotanya kebanyakan ular berbisa yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis.terdiri dari 61 genus dengan 231 spesies yang telah diketahui. Biasanya memiliki gigi bisa tipe Solenoglypha dan ketika menutup gigi bisanya akan berada pada cekungan di dasar bucal. Bisa tipe neurotoxin. Dekat kekerabatannya dengan Famili Hydrophiidae. Pupil mata membulat karena kebanyakan merupakan hewan diurnal. Famili ini dapat mencapai ukuran 6m (Ophiophagus hannah) dan biasanya ovipar namun adapula yang ovovivipar (Hemachatus) (Iskandar, 2000).Famili Viperidae memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis haemotoxin. Famili ini kebanyakan merupakan ular terran yang hidup di gurun. Namun ada pula yang hidup di daerah tropis. Tersebar hampir di seluruh dunia. Sisiknya biasanya termodifikasi menjadi lapisan tanduk tebal dengan pergerakan menyamping. Memiliki facial pit sebagai thermosensor. Kebanyakan anggota familinya merupakan hewan yang ovovivipar dan beberapa ada yang bertelur. Subfamili yang ada di Indonesia adalah Crotalinae yang terdiri dari 18 genus dan 151 spesies (Brotowijiyo1990)            

Pythonidae merupakan famili dari ular tidak berbisa. Beberapa mengelompokkannya sebagai subfamili dari Boidae yaitu Pythoninae. Pythonidae dibedakan dari Boidae karena mereka punya gigi di bagian premaxila, semacan tulang kecil di bagian paling depan dan tengah dari rahang atas. Kebanyakan hidup di daerah hutan hujuan Tropis. Merupakan ular yang tercatat mampu mencapai ukuran paling besar, 10m (Python reticulatus). Beberapa spesies menunjukkan adanya tulang pelvis dan tungkai belakang yang vestigial berupa taji di kanan dan kiri kloaka. Taji ini lebih besar pada yang jantan dan berguna untuk merangsang pasangannya pada saat kawin (Djuhanda,Tatang. 1982). 

Famili Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena sisiknya berkilau bila terkena cahaya. Famili ini mempunyai lapisan pigmen yang gelap di bagian bawah permukaan tiap sisiknya yang menambah terang kilauannya. Salah satu spesiesnya Xenopeltis unicolor merupakan binatang peliang yang mengahabiskan waktunya di dalam tanah. Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia Tenggara (Zug, 1993). 

Anggota ordo Testudinata memiliki ciri yang spesifik yaitu tubuhnya dilindungi oleh bangunan yang disebut cangkang atau tempurung. Tempurung kura-kura terdiri dari karapaks, yang berbentuk cembung di bagian dorsal, dan plastron yang bentuknya relatif datar atau rata di bagian ventral. Pada bagian karapaks terdapat tulang vertebra/ neural, tulang pleural, tulang suprapygal, tulang pygal, tulang nuchal dan tulang peripheral. Pada bagian plastron terdapat tulang epiplastron, tulang entoplastron, tulang hyoplastron, tulang mesoplastron, dan tulang xiphiplastron. Di Indonesia, dikenal empat kelompok hewan yang termasuk bangsa ini, yaitu penyu ( sea turtle), labi-labi ( Shoftshell Turtle), Kura-kura air tawar ( Fresh water Turtle/ Terrapine), kura-kura darat ( Tortoise). ( Pough et. al, 1998).

 Di atas tulang-tulang penyusun karapaks dan plastron terdapat lapisan yang disebut keping perisai. Keping perisai pada karapaks terdiri dari keping vertebral, keping costal, keping marginal, keping nuchal, dan keping supracaudal. Keping perisai pada plastron terdiri dari keping gular, keping humeral, keping pectoral, keping abdominal, keping anal,dan keping femoral ( Pough et. al, 1998; Erns et. al, 2007 ). Pada beberapa famili ada yang tidak dilapisi dengan keping perisai seperti pada Famili Trionychidae dan Famili Charettochelydae.





sumber : http://biopai.blogspot.com/2012/05/sekilas-tentang-reptil-serpentes-dan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar